BERANDA

Selasa, 18 Februari 2014

BELAJAR YANG BAIK



Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah. di samping faktor yang ada di dalam diri orang itu sendiri, banyak pula faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana cara-cara belajar yang baik?”, banyak eksperimen yang dilakukan oleh para ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian dan percobaan yang dilakukan, sekian banyak pula jawaban yang dikemukakan. Namun, di antara jawaban-jawaban yang heterogen itu terdapat pula beberapa yang bersifat umum yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan. Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar, seperti berikut :

a. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method)
Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut, urutan bab-babnya dan subbab masing-masing. Dari gambaran keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentu yang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.
b. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method)
Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya. untuk bahan-bahan yang bersifat non verbal, seperti keterampilan, mengetik, menulis, dsb. lebih tepat digunakan metode bagian.
c. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method)
Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya luas, atau yang sukar-sukar, seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.
d. Metode resitasi (recitation method)
Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali (sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun non verbal. Di dalam mata kuliah Metodologi Pengajaran metode resitasi ini disebut “metode pemberian tugas”. yang berarti bahwa pemberian tugas itu bermaksud agar siswa diharuskan mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan.
e. Jangka waktu belajar (leght of practice periods)
Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan, dsb. adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif. Jangka waktu tersebut di atas tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan ‘pemanasan’ pada permulaan belajarnya seperti untuk belajar sejarah, geografi, ilmu filsafat, dsb. Di samping itu, kita harus ingat pula bahwa besarnya minat yang ada pada diri seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga memungkinkan lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.
f. Pembagian waktu belajar (distribution of practice periods)
Dari berbagai percobaan telah dapat dibuktikan, bahwa belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efeaktif. oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini “hukum Jost” tentang belajar, 30 menit 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
g. Membatasi kelupaan (counteract forgetting)
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari seringkali mudah dan lekas dilupakan. maka untuk jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali, dalam belajar perlu adanya “ulangan” atau review pada waktu-waktu tertentu atau setelah/pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan. guna review atau ulangan ini ialah untuk meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.
h. Menghafal (cramming)
Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat seperti misalnya belajar untuk menghadapi ujian-ujian semester atau ujian akhir. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segera setelah ujian selesai.
i. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan
Kita mengenal ungkapan quick learning means quick forgetting. Di dalamnya terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak ataupun membenarkan generalisasi tersebut. untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti, mungkin generalisasi itu tepat dan benar. Akan tetapi, untuk bahan-bahan pelajaran yang lain tidak dapat dipastikan kebenarannya.
j. Retroactive inhibition
Kita telah mengetahui dari beberapa teori belajar yang telah dibicarakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat asosiaasi dan interrelasi antara berbagai pengalaman yang kemudian membentuk pola-pola pengertian atau pengetahuan yang terorganisasi di dalam diri kita. Asosiasi dan interrelasi itu terjadi karena hasil pengulangan-pengulangan yang teratur, karena adanya hubungan-hubungan berlanjut di dalam waktu dan ruang, karena intensitas stimulasi, mempunyai hubungan stuktural yang logis, dan sebagainya.
Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu, di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau menghambat yang lain. Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi, pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita, atau dengan kata lain pada waktu terjadi proses berpikir, terjadi adanya penolakan atau penahanan dari suatu unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan dalam berpikir.
Retroactive inhibition ini dapat terjadi baik pada pelajaran-pelajaran yang bersifat verbal seperti sejarah, bahasa, illmu ekonomi, dan sebagainya, dan dapat pula terjadi dalam pelajaran-pelajaran non verbal seprti mengetik, bermain piano, menjahit, bermain tenis, dan sebagainya. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition tersebut, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaati secara teratur.
Berikut ini Crow and Crow secara lebih praktis mengemukakan saran-saran yang diperlukan untuk persiapan belajar yang baik seperti berikut :
a. Adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas
Siswa pada umumnya dapat mencapai mental yang baik bagi belajar jika mereka mengerti apa tujuan mereka belajar dan bahan-bahan atau buku-buku sumber apa saja yang perlu dipelajari. Untuk itu diperlukan adanya tugas-tugas yang jelas dari guru. Dengan tugas yang jelas perhatian siswa dapat diarahkan kepada dal-hal khusus mana saja yang perlu diperlajari dengan baik dan bagaimana cara mempelajarinya. Makin jelas tugas yang diberikan oleh guru, baik tujuan maupun batas-batasnya, makin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya.

b. Belajarlah membaca dengan baik
Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan mengerti benar-benar apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku bukan hanya untuk di mengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, melainkan harus diusahakan untuk mengetahui apa isi buku tersebut. Bahkan lebih baik lagi jika pembaca dapat mengerti apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisannya itu. Dalam hal-hal tertentu, pembaca sering pula harus mempergunakan kamus untuk mencari pengertian kata-kata sulit yang mungkin dapat menimbulkan salah tafsir atau salah pengertian. Untuk dapat membaca cepat dan efektif diperlukan latihan yang terus-menerus. Apalagi untuk membaca buku-buku berbahasa asing.

c. Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian dimana diperlukan
Kedua cara itu, yaitu whole learning dan part learning, sama-sama diperlukan menurut tingkat keluasan dan kesulitan bahan yang dipelajari. Untuk mempelajari buku yang tebal misalnya, mungkin kurang sesuai jika digunakan metode keseluruhan. Akan tetapi, untuk mempelajari bab demi bab diperlukan metode keseluruhan itu. Untuk mempelajari sebuah bab tidak baik jika digunakan metode bagian karena pengertian yang kita peroleh menjadi terpecah-pecah, tidak merupakan suatu kebulatan. Baru setelah bab demi bab itu kita kuasai, kita gabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut.

d. Pelajarilah dan kuasailah bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari
Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan memerlukan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Pelajari baik-baik bagian-bagian yang sukar itu untuk dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari bahan yang dipelajari. Untuk itu, pembuatan ringkasan (summary) dalam belajar sangat diperlukan. Dalam hal ini guru perlu pula memberikan petunjuk atau pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian mana yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus dalam belajar.

e. Buatlah outline dan catatan-catatan pada waktu belajar
Outline dan cataatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri. Apalagi jika catatan-catatan itu kemudian disusun ke dalam bentuk outline yang dapat menggambarkan garis besar dari apa yang telah dipelajari.
Outline dan catatan-catatan yang tersusun itu akan dapat membantu siswa lagi pada waktu mereka akan mengulangi pelajaran itu ketika akan menghadapi tentamen atau ujian. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku yang akan emamakan waktu lebih lama.

f. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan
Pada akhir tiap bab buku pelajaran (textbook) biasanya kita jumpai sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud membantu siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari dalam bab tersebut, atau memperluas pengetahuan mereka tentang sesuatu yang berhubungan denga isi bab tersebut. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan itu dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, adalah suatu cara belajar yang baik pula jika sambil belajar siswa membuat pertanyaan-pertanyaan sendiri, dan kemudian menjawabnya berdasarkan apa yang telah dipelajarinya. Banyak orang mengatakan bahwa pengetahuan yang diterima dengan jalan menformulasikan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan lebih dapat diingat lama atau lebih mendaam pengertiannya daripada pengetahuan yang hanya diperoleh melalui membaca atau menghafal.

g. Hubungkan bahan-bahan yang baru dengan bahan-bahan yang lama
Belajar merupakan suatu proses yang sinambung untuk membentuk konsep-konsep baru, atau pengetahuan baru berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum siswa mulai untuk hari-hari berikutnya, dia harus mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang lampau yang ada hubungannya dengan bahan-bahan pelajaran yang akan dipelajarinya. Hal ini berlaku lebih lebih dalam pelajaran yang bersifat eksakta seperti IPA, matematika, fisika dan sebagainya. Dalam hubungan inilah bahan-bahan yang lama sering kali diperlukan untuk mempelajari bahan-bahan yang baru. Dengan kata lain, untuk menerima pelajaran yang baru diperlukan pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang telah dipelajari pada waktu yang lalu.
h. Gunakan bermacam-macam sumber dalam belajar
Tiap pengarang buku mempunyai pandangan dan cara yang berbeda-beda dalam mengemukakan tulisan atau karangannya. Demikian pula pengarang-pengaran buku pelajaran. Buku peljaran yang berjudul sama belum tentu isinya sama. Setiap pengarang memilikikelebihan dan kekurangan. Perbedaan-perbedaan ini terutama terdapat pada pengarang-pengarang buku ilmu pengetahuan sosial, bahkan terdapat juga pada pengarang ilmu pengetahuan eksakta.
Di dalam belajar, siswa hendaknya dibiasakan untuk menjelajahi berbagai sumber atau buku untuk lebih memperdalam pengetahuan mereka. Di samping itu, mereka akan terlatih untuk memilih dan menentukan sendiri mana dari sekian banyak pendapat atau pandangan yang menurut mereka lebih baik, lebih lengkap, atau lebih sesuai dengan kebutuhan.
Memang hal seperti ini biasanya kurang atau tidak disukai oleh kebanyakan siswa. Mereka lebih suka mempelajari satu buku saja, tidak mau bersusah-susah. Padahal mereka juga mengetahui bahwa dengan banyak membaca buku, makin banyak dan mendalam pula pengetahuan yang akan mereka miliki.
i. Pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, gambar dsb.
Dewasa ini banyak terdapat buku cerita yang dilukiskan dalam bentuk gambar seri untuk menarik perhatian dan kesukaan membaca pada anak-anak. Juga buku-buku pelajaran di sekolah, kecuali berisi gambar-gambar, banyak pula yang dilengkapi dengan peta, gambar grafik, dan atau tabel. Semua itu dimaksudkan, di samping untuk menarik perhatian, terutama untuk memberi gambaran yang lebih singkat dan jelas tentang apa yang dibicarakan di dalam buku tersebut. Siswa yang kurang mengerti maksudnya-dan ini merupakan sebagian besar siswa-merasa segan dan biasanya melampaui saja gambar atau grafik tersebut di dalam belajarnya. Padahal dengan mempelajari gambar, tabel, grafik, atau peta yang terdapat di dalam buku, siswa dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas dan sering kali lebih luas daripada membaca uraian-uraian yang panjang lebar.

Adalah menjadi tugas dan kewajiban guru untuk membimbing siswa bagaimana menginterpretasikan gambar, grafik, tabel , peta, bagan yang terdapat di dalam buku pelajaran ataupun buku-buku sumber lainnya, dan bagaimana menyusun atau mengambil kesimpulan daripadanya.

Bagaimana cara menyusun dan membuat rangkuman yang baik dan jelas serta mudah dipahami sangat bergantung pada cara belajar siswa masing-masing. Di samping itu, cara guru mengajar pun menentukan pula cara murid belajar. Seorang guru yang biasa menerangkan dengan gambar-gambar atau bagan-bagan yang teratur dan sistematis di papan tulis, secara tidak langsung telah melatih siswa belajar bagaimana cara membuat rangkuman atau ikhtisar mengenai pelajaran itu.

Makin pandai siswa membuat rangkuman, makin mudah baginya untuuk mengadakan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya. Rangkuman atau review memberikan kesempatan kepadanya untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasainya.
Saran-saran untuk membiasakan belajar yang efisien menurut Crow and Crow :
1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.
2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai.
3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental.
4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.
5) Selingilah belajar itu dengan waktu istirahat yang teratur.
6) Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.
7) Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation).
8) Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin.
9) Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
10) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.
11) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.
12) Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat.
13) Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.
14) Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi lainnya.
15) Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
16) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu.
17) Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh pengarang, dan tentanglah jika diragukan kebenarannya.
18) Telitilah pendapat beberapa pengarang.
19) Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya.
20) Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dsn cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda sebelum meninggalkan blog ini: