BERANDA

Selasa, 30 Januari 2018

Pendidikan Matematika Realistik (PMR)



Rutini (2001: 42) mengemukakan pendidikan matematika realistik adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Sementara itu menurut Ariyadi Wijaya (2012: 33) fungsi paling fundamental dari konteks dalam pendidikan matematika realistik adalah memberikan siswa akses yang alami dan motivatif menuju konsep matematika. Jadi pembelajaran matematika berbasis PMR merupakan pembelajaran matematika berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia, dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Secara garis besar Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia, yang mendominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Langkah-langkah dalam proses belajar mengajar dengan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) sebagai berikut:
a.       persiapan memahami materi;
b.      guru melaksanakan apersepsi;
c.       guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang);
d.      siswa bekerja dalam kelompok, mengerjakan soal dan berdiskusi;
e.       selama siswa bekerja, guru berkeliling mengamati kelompok, bila ada siswa atau kelompok yang menemui kesulitan, guru membantu tapi tidak memberikan jawaban soal tersebut;
f.       salah seorang siswa mewakili kelompok maju menjelaskan cara mengerjakan kepada teman-temannya; dan
g.      guru dan siswa menyimpulkan jawaban yang benar.

Menurut Rutini (2001: 42) beberapa keunggulan dari pendidikan matematika realistik antara lain:
a.       pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak;
b.      pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan di dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia;
c.       materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa;
d.      alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan;
e.       guru ditantang untuk mempelajari bahan;
f.       guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga; dan
g.      siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Dari keunggulan tersebut, terdapat kelemahan dari pendidikan metematika realistik antara lain:
a.       sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang);
b.      dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran; dan
c.       siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.

Dari kelemahan tersebut, supaya tidak terjadi pada pelaksanaan diantisipasi dengan langkah sebagai berikut:
a.       penerapan pembelajaran disesuaikan dengan jumlah siswa;
b.      dalam mengerjakan soal diberikan alokasi waktu dalam setiap butir soal;
c.       guru membantu memberikan penjelaskan siswa dalam memahami materi pelajaran.

Pembelajaran matematika menggunakan LKS berbasis PMR merupakan pembelajaran matematika berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia, dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Selain itu, guru dapat memberikan arahan-arahan dalam menyelesaikan tugas dengan cara mengisi atau melengkapi soal-soal yang ada di dalam LKS.
  Pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS berbasis PMR memberi kesempatan kepada siswa dalam pemecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.