Tampilkan postingan dengan label Wahyu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wahyu. Tampilkan semua postingan
Rabu, 16 Juni 2010
SUMBER POKOK AJARAN ISLAM
A. Sejarah Turunnya Wahyu & Kodifikasinya
Jadi pada saat itu Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhon atau bertepatan pada tanggal 8 Agustus 610 Masehi kepada nabiMuhammad ketika beliau telah berusia 41 tahun di gua Hiro. Adapun wahyu yang diturunkan saat itu ialah surat Al-Alaq ayat 1-5. Didalam Al-Qur’an terdapat 30 juz 114 surat dan 6.666 ayat.
Nabi Muhammad. Saw dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam -macam cara dan keadaan, di antaranya:
1. Malaikat memasukan wahyu itu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya .Mengenai hal ini Nabi mengatakan : “Ruhul qudus mewahyukan dalam kalbuku .” terdapat dalam QS. Asy : Syuuraa ayat 51
2. Malaikat menampakan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-lakiyang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliaumengetahui danhafal benar akan kata-kata itu .
3. Wahyu datang kepdanya seperti gemerincinya lonceng. Cara inilahYang amat beratdirasakan oleh Nabi.Kadang-kadang pada keningnya ber-Cucuran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena terpaksa amat berat ,bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengedarai unta . Diriwayatkan oleh zaid bin Tsabit : “Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada rosululloh, aku lihat rosululloh ketika turunnya wahyu ini seakan-akan diserang oleh demam yang keraas dan keringaaatnya bercucuran seperti permata. kemudian setelah selesai turunnya wahyu barulah beliau kembali seperti biasa. “
4. Malaikat menampakan dirinya pada nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan nomor dua tapi benar-benar seperti rupanya yang asli . Hal ini terdapat dalam Q.S An-Najm : 13 dan 14 yang artinya “ Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain ( kedua ) . Ketika ( Ia barada ) di Sidrotul Muntaha . “
B. Hikmah diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur – angsur
Hal ini tidak secara kebetulan, tetapi disengaja oleh Allah dengan banyak hikmahnya. seperti yang terkandung didalam Q.S Al-Isro’/17 : 106 yang artinya “Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur -angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya dari bagian demi bagian“.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu 22 tahun 2 bulan dan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah . Adapun hikmah diturunkany Al-Qur’an secara berangsur-angsur ialah:
1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan dan laranggan sekiranya larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhori dari riwayat ‘Aisyah r.a .
2. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiiranya Al-Qur’an diturunkan sekaligus.
3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati .
4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang menanyakan mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligu, sebagaimana tersebut didalam Q.S Al- Furqon ayat 32 yaitu: “Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepada-Nya sekaligus? “Kemudian dijawab dalam ayat itu sendiri “Demikianlah , dengan (cara ) begitu kami hendak menetapkan hatimu”.
5. Diantara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan , Sebagai dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas r.a Hal ini tidak dapat terlaksana jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus .
C. Kandungan ayat suci Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitap suci yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW yang mengandung petunjuk-petunjuk tidak hanya bagi umat islam tetapi juga bagi seluruh umat manusia . Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Al-Quran tidak hanya diturunkan untuk suatu umat atau suatu abad, tetapi untuk seluruh umat dan untuk sepanjang masa , karena luas ajaran-ajarannya adalah sama dengan luasnya umat manusia.
Ditegaskan dalam QS. Al-Baqoroh ayat 2,3,4 yang artinya “Kitab (Al-Qur’an ) ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang betakwa.(Yaitu ) mereka yang beriman kepada yang ghaib, mereka yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunka kepadaMu & Kitab – kitab yang telah diturun
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan ) akhirat”.
Ayat-ayat tersebut di atas mengandung 5 prinsip yakni ;
1. Percaya kepada yang ghoib
Yaitu Allah SWT dan para Malaikat Nya.
2. Percaya pada wahyu yang diturunkan oleh Allah.
3. Percaya pada adanya akhirat .
4. Mendirikan Shalat .
5. Menafkahkan dari sebagian rezki yang di anugerahkan kepadanya oleh Allah.
Jadi secara umum didalam Al-Qur’an memuat lima kandungan,yaitu mengenai:
1. Perintah dan larangan Allah
2. Memuat hukum-hukum
3. Memuat kabar gembira
4. Memuat janji dan ancaman
5. Semua sejarah Islam
Seperti yang dijelaskan didalam Q.S An-Nisa: 105 “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitap kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang-orang yang tidak bersalah) karena (membela) orang-orang yang khianat“.
Al-Quran sebagai kitab Allah SWT yang terakhir juga mempunyai keistemewaan, yaitu:
1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan kapanpun mereka berada sampai akhir zaman. Hal itu sesuai dengan Risal Nabi Muhammad yang ditujukan untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Seperti yang tercantum pada Q.S Al-Furqon 25: 1. Yang artinya: “Mahasuci Allah telah menurunkan Al-Furqon (Al-Quran) kepada hambanya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”
2. Ajaran Al-Quran mencakup seluruh aspek kehidupan (As-Syumul), seperti aspek ekonomi, politik, hukum budaya seta mencakup ruang lingkup kehidupan.
3. Mendapat jaminan pemelihara dari Allah SWT dari segala bentuk penambahan, pengurangan dan pemalsuan, sebagai mana Firman-Nya Q.S Al-Qomar 54: 17 artinya “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Az-Zikra (Al-Quran) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
4. Allah SWT menjadi Al-Quran mudah untuk dipahami, dihafal dan diamalkan.
5. Al-Quran sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mushaddiq terhadap Kitab-kitab suci sebelumnya.
D. Fungsi Al Qur’an terhadap kitab- kitab yang lain
Sewaktu Al-Qur’an diturunkan 14 abad yang lalu. Di dunia sudah terdapat banyak agama dan banyak kitab yang dianggap suci oleh para pengikutnya. Di sekitar negara Arab, terdapat orang-orang yang percaya pada kitab perjanjian lama dan perjanjian baru. Banyak orang-orang Arab yang menjadi Kristen/condong ke arah Kristen. Di antara orang Arab itu ada juga yang memeluk agama Yahudi. Di antara yang memeluk agama Yahudi adalah penduduk Madinah sendiri. Seperti Ka’ab bin Asyraf seorang kepala suku di Madinah dan musuh Islam. Di Mekah di samping budak- budak yang beragama kristen juga terdapat orang- orang Mekah yang condong kepada agama Kristen. Waraqah bin Naufal paman dari Khadijah istri pertama Nabi Muhamad saw juga memeluk agama kristen. Ia paham bahasa Ibrani dan menterjamahkan kitab Injil dari bahasa ibrani ke bahasa Arab. Di sebelah ujung lain negri Arab, hiduplah orang-orang Persia yanh juga mempercayai seorang Nabi dan sebuah kitab suci. Sekalipun kitab Zend Avesta telah mengalami perubahan- perubahan oleh tangan manusia, tetapi kitab itu masih dianggap suci oleh beratus ribu pengikutnya dan suatu negri yang kuat menjadi pendukungnya. Adapun di India, maka kitab Weda dipandang suci beribu- ribu tahun lamanya. Di situ ada juga kitab- Gita dari Sri Krishna dan Budha. Agama Kong Hu Cu menguasai negeri Tiongkok, tetapi pengaruh Budha makin hari makin meluas di negri itu. Dengan adanya kitab- kitab yang di anggap suci oleh pengikut-pengikutnya dan ajaran- ajaran itu, apakah dunia ini memerlukan kitab suci lagi? Inilah sebanarnya satu pertanyaan yang ada pada setiap orang yang mempelajari al Qur’an. Jawabannya bisa diberikan dalam beberapa bentuk.
Pertama, apakah adanya berbagai agama itu, tidak menjadi alasan yang cukup untuk datangnya agama yang baru lagi untuk semua? Kedua apakah akal manusia tidak mengalami proses evaluasi sebagaimana badannya? Dan karena evaluasi fisik itu akhirnya mencapai bentuk yang sempurna apakah evaluasi mental dan rohani itu tidak menuju ke arah kesempurnaan yang terakhir, yang sebenarnya merupakan tujuan dari pada adanya manusia itu? Ketiga, apakah agama- agama yang dulu itu dianggap ajaran ajaran yang dibawanya itu ajaran- ajaran yang terakhir? Apakah mereka tidak mengharapkan perkembangan kerohanian yang terus-menerus? Apakah mereka selalu memberitahukan kepada pengikutnya tentang akan datangnya utusan terakhir yang akan menyatukan seluruh umat manusia dan membawa mereka ke arah tujuan yang terakhir?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut di atas adalah merupakan jawaban yang mengharuskan supaya Al Qur’an diturunkan, sekalipun sudah ada kitab-kitab yang dianggap suci oleh umat- umat yang dahulu.
Tetapi sebenarnya di dalam Islam Al-Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelum Al-Qur’an seperti kitab Taurot dan kitab Injil. Seperti disebutkan di dalam Q.S Al-An’am: 92 “dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya (ialah kitab-kitab sebelum Al-Qur’an). Dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Quro (Mekah) dan orang-orang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara sholatnya“.
E. Keutuhan dan Keaslian Al-Quran
Perbedaan dengan kitab-kitab suci sebelunnya atau yang lainnya, Al-Quran terjamin Keutuhan dan keasliannya. Hal tersebut bisa terjadi petama dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah SWT, yakni pada Q.S Al-Hijr 15: 9
Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang manusiawi dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW oleh para sahabat di bawah bimbingan Rasulullah SAW dan generasi oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha yang dilakukan disebut nuktah-nuktah.
Langganan:
Postingan (Atom)