TEOREMA PYTHAGORAS BANGSA CINA (KUNO)
Mari kita cermati pencapaian bangsa Cina (kuno) dalam hal matematika, khususnya tentang teorema Pythagoras. Sebelum menulis lebih lanjut tentang teorema Pythagoras bangsa Cina (kuno), perkenankan saya untuk sekedar mengingatkan kembali tentang teorema Pythagoras, yaitu:
c2=a2 + b2
Teorema Pythagoras sebetulnya tidak ditemukan oleh Pythagoras, melainkan sudah ditemukan oleh matematikawan-matematikawan dari India, Yunani, Cina dan Babilonia. Pemberian nama “Pythagoras” untuk teorema tsb hanyalah karena Pythagoras-lah yang pertama kali mampu membuktikan kebenaran umum dari teorema tsb secara matematis. Sekarang kita mungkin sudah familiar dengan berbagai macam versi pembuktian teorema Pythagoras, tetapi mari sejenak kita lihat bagaimana bangsa Cina (kuno) membuktikan teorema Pythagoras. Pada periode antara 300 SM dan 200 M, bangsa Cina sudah menemukan dan membuktikan teorema Pythagoras.
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh bangsa Cina (kuno) lebih pada “menunjukkan”, bukan “membuktikan” karena pembuktian versi mereka tsb tidak bisa digeneralisasikan. (Ingat pembuktian teorema Pythagoras yang berlaku general pertama kali dilakukan oleh Pythagoras). Bangsa Cina “membuktikan” teorema Pythagoras secara konstruksi visual dengan bantuan gambar. Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar berikut, tetapi sayangnya pada teks asli tidak terdapat penjelasan mendetail tentang pembuktian tsb.
Pembuktian di atas sebenarnya “hanya sekadar” menunjukkan kalau “Azure” dan “Red” jika digabungkan akan membentuk suatu persegi baru, yaitu persegi dengan panjang sisi sama dengan panjang hypotenusa (sisi miring) segitiga siku-siku. Ternyata jika bagian-bagian “Red remove (a dan b)” dan “Azure remove (c)” jika “dipotong” dan “ditempelkan” pada bagian “Red enter dan Azure enter” (a’, b’ dan c’) bisa membentuk suatu persegi dengan panjang sisi sama dengan panjang hypotenusa (sisi miring) siku-siku.
Apa yang dilakukan bangsa Cina (kuno) tsb sebenarnya kira-kira sama dengan pembuktian sederhana akan jumlah besar sudut pada segitiga (Euclidian) sebesar 180o, seperti terlihat pada gambar di bawah:
Tapi benarkah apa yang dilakukan oleh bangsa Cina (kuno) tsb tidak bisa digeneralisasikan karena hanya berdasarkan permainan konstruksi saja? Mengingat tidak ada penjelasan mendetail pada teks aslinya maka mari sama-sama kita telusuri pembuktian tsb. Untuk mempermudah pembahasan selanjutnya, maka saya gambar ulang konstruksi gambar asli dari bangsa Cina tsb.
Untuk bisa meng-generalisasi-kan pembuktian tsb, maka kita harus bisa membuktikan secara matematis kalau segitiga A4C4O3 = segitiga B1C1O1; segitiga A1A2C4 = segitiga B3C3O2 dan segitiga B2B3O1= segitiga C3O2O3.
Karena pembuktian ketiga kesamaan bagian tsb mirip maka saya buktikan salah satunya saja, yaitu segitiga A1A2C4 = segitiga B3C3O2.
- Garis A1A2 sejajar dengan garis A3A4 dan kedua garis tsb dipotong garis C1C4 sehingga sudut A1A2C4 = sudut C4ZA4.
- Garis C1C4 sejajar dengan garis C2C3 dan kedua garis tsb dipotong garis A4C2 sehingga sudut A4C2C3 = sudut C4ZA4.
- Dari dua langkah di atas maka terbukti kalau sudut A1A2C4 = sudut A4C2C3.
- Secara analog kita akan mendapatkan sudut A1C4A2 = sudut O2C3C2.
- Panjang sisi A2C4 = panjang sisi C2C3.
- Karena kedua segitiga tsb memiliki ukuran sudut yang sama dan salah satu panjang sisinya sama maka kedua segitiga tsb kongruen, yaitu sama bentuk dan ukuran alias segitiga A1A2C4 = segitiga B3C3O2.
Secara analog kita akan bisa membuktikan kalau segitiga A4C4O3 = segitiga B1C1O1 dan segitiga B2B3O1= segitiga C3O2O3. Oleh karena itu kita bisa membuktikan kalau ternyata apa yang dilakukan bangsa Cina (kuno) memang benar-benar sebuah pembuktian yang bisa digeneralisasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda sebelum meninggalkan blog ini: