Rutini (2001: 42) mengemukakan pendidikan
matematika realistik adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan
realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Sementara itu
menurut Ariyadi Wijaya (2012: 33) fungsi paling fundamental dari konteks dalam
pendidikan matematika realistik adalah memberikan siswa akses yang alami dan
motivatif menuju konsep matematika. Jadi pembelajaran matematika berbasis PMR
merupakan pembelajaran matematika berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah
aktivitas manusia, dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap
konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan melalui
proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Secara garis besar Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan
dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia, yang mendominasi
oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan
mengembangkan daya nalar. Langkah-langkah dalam proses belajar mengajar dengan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) sebagai berikut:
a. persiapan memahami materi;
b. guru melaksanakan apersepsi;
c. guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil (3-4
orang);
d. siswa bekerja dalam kelompok, mengerjakan soal dan berdiskusi;
e. selama siswa bekerja, guru berkeliling mengamati kelompok, bila
ada siswa atau kelompok yang menemui kesulitan, guru membantu tapi tidak
memberikan jawaban soal tersebut;
f. salah seorang siswa mewakili kelompok maju menjelaskan cara
mengerjakan kepada teman-temannya; dan
g. guru dan siswa menyimpulkan jawaban yang benar.
Menurut Rutini (2001: 42) beberapa keunggulan dari
pendidikan matematika realistik antara lain:
a. pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana
tegang tidak tampak;
b. pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari
(kehidupan di dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi
manusia;
c. materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa;
d. alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah
didapatkan;
e. guru ditantang untuk mempelajari bahan;
f. guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga; dan
g.
siswa mempunyai kecerdasan
cukup tinggi tampak semakin pandai.
Dari keunggulan tersebut, terdapat kelemahan dari
pendidikan metematika realistik antara lain:
a. sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang);
b. dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran; dan
c. siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
Dari kelemahan tersebut, supaya tidak terjadi pada
pelaksanaan diantisipasi dengan langkah sebagai berikut:
a. penerapan pembelajaran disesuaikan dengan jumlah siswa;
b. dalam mengerjakan soal diberikan alokasi waktu dalam setiap
butir soal;
c. guru membantu memberikan penjelaskan siswa dalam memahami materi
pelajaran.
Pembelajaran matematika
menggunakan LKS berbasis PMR merupakan pembelajaran matematika berdasarkan pada
ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia, dan matematika harus dihubungkan
secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber
pengembangan melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Selain itu, guru dapat memberikan arahan-arahan dalam menyelesaikan tugas
dengan cara mengisi atau melengkapi soal-soal yang ada di dalam LKS.
Pembelajaran matematika
dengan menggunakan LKS berbasis PMR memberi kesempatan kepada siswa dalam
pemecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.