BAB I
PENDAHULUAN
1. Apakah Psikologi Itu?
Menurut etimologinya berasal dari kata psyche yang berarti: jiwa, dan logos yang berarti: ilmu. Sehingga psikologi sering diterjemahkan : ilmu jiwa. Ini kurang tepat karena bertitik tolak dari pandangan dualisme manusia, dimana manusia terdiri dari dua bagian jasmani dan dan rohani.
Psikologi merupakan ilmu yang ingin mempelajari manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku yang dimaksudkan adalah tindakan/kegiatan/perbuatan manusia yang keliahatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi bagaimana manusia itu berintegrasi dengan dunia luar.
Batasan lain:
Woodworth: “Psychologi studies the individual’s activities in relation to environment.”
Crow & Crow: “Psychology is the study of human behavior and human relationship.”
Sartain: “Psychologi is the scientific study of the behavior of living organism, with especial attension given to human behavior.” Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia.
2. Obyek Psikologi dan Macam-macamnya
Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek psikologi dibedakan menjadi 2 macam:
a. Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Obyek material dari psikologi ialah manusia.
b. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. Obyek formal psikologi berbeda-beda menurut perubahan zaman dan pandanagn para ahli masing-masing.
Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan obyek formalnya adalah hakekat jiwa. Pada masa Descartes obyek psikologi ialah gejala-gejala kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita. Pada aliran Behaviorisme abad 20 yang menjadi obyek psikologi ialah tingkah laku manusia yang tampak. Pada aliran psikologi yang dipelopori Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran manusia.
Macam-macam psikologi:
1) Psikologi Metafisika, menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan Plato dan Aristoteles.
2) Psikologi Empiri, menyelidiki gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia.
a) Psikologi Umum, menyelidiki/mempelajari gejala kejiwaan manusia pada umumnya.
b) Psikologi Khusus, menyelidiki gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan dan tujuan.
- Psikologi Perkembangan
- Psikologi Pemuda
- Psikologi Kedokteran (Patho Psikologi)
- Psikologi Kriminal
- Psiko teknik
- Karakterologi (Ilmu Watak)
- Psikologi Pendidikan
- Psikologi Sosial
- Psikologi Gestalt
- Behaviorisme
- Psikologi Ketidaksadaran (Psikoanalisa, Individual Psikologi, Analitise Psikologi).
3. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-ilmu Lain
Disamping menjadi obyek Psikologi manusia juga menjadi obyek ilmu-ilmu yang lain terutama anthropologi, sosiologi, dan fisiologi.
a. Psikologi dan Anthropologi
Secara etimologi, anthropologi berarti ilmu tentang manusia. Anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu. Anthropologi dibagi menjadi dua yaitu anthropologi fisik dan anthropologi kebudayaan.
Anthropologi fisik berhubungan dengan ciri-ciri fisik manusia di dunia. Anthropologi kebudayaan berhubungan dengankebudayaan, kepribadian yang tipikal yang terdpat dalam tiap kebudayaan, pengaruh-pengaruih kebudayaan terhadap kepribadian manusia dan masyarakat.
Jadi psikologi dan anthropologi kedua-duanya menyangkut daerah dan masalah-maalah tertentu yang bersamaan, keduanya saling isi mengisi. Perbedaan yang prinsipil terletak pada apa yang menjadi tekanannya: psikologi menekankan pada individu, anthropologi menekankan pada kelompok.
b. Psikologi dan Sosiologi
Sosiologi juga ilmu yang secara langsung berhubungan dengan tingkah laku manusia, dan memusatkan perhatiannya kepada tingkah laku kelompok. Yang dipelajari terutama ialah hubungan sosial manusia. Jadi Sosiologi dan Psikologi banyak persamaannya.
Perbedaannya: Psikologi menekankan pada person individu sedangkan Sosiologi menekankan pada sifat-sifat dan tingkah laku kelompok.
c. Psikologi dan Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ yang ada dalam tubuh manusia, berbagai sistem peredaran, dan bagaimana organ-organ dan sistem-sistem peredaran itu berinteraksi satu sama lain. Apa yang dipelajari Psikologi ialah mengenai persona individu itu sendiri. Individu sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani. Jadi meski Psikologi menyelidiki fungsi-fungsi jasmani, selalu dalam hubungan dengan fungsi-fungsi rohani individu.
Kesimpulan:
Perbedaan antara ilmu-ilmu yang berhubungan seperti di atas tidak tegas, tetapi hanya dalam tekanan masing-masing. Ketiganya saling berhubungan. Tingkah laku manusia dalam arti luas adalah merupakan lapanganyang sangat kompleks yang tidak dapat diketahui dengan baik hanya dengan salah satu segi saja. Salah satu ilmu saja tidak dapat memonopoli informasi tentang tingkah laku manusia itu.
4. Apakah Psikologi Pendidikan itu?
Psikologi Pendidikan merupakan pecahan dari Psikologi. Psikologi Pendidikan adalah psikologi yang diterapkan di dalam pendidikan. Psikologi Pendidikan merupakan ilmu terapan (applied science). Psikologi Pendidikan adalah cabang dari Psikologi yang dalam penguraian dn penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
5. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi ke dalam pendidikan. Maka ruang lingkup Psikologi Pendidikan mencakup topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.
Ruang lingkup Psikologi Pendidikan menurut Crow & Crow antara lain:
1) Pengaruh pembawaan dan lingkungan terhadap belajar
2) Sifat-sifat dari proses belajar.
3) Hubungan antara kematangan dengan kesiapan belajar.
4) Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individu dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.
5) Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar.
6) Hubungan antara prosedur mengajar dengan hasil belajar.
7) Teknik-teknik yang efektif bagi penilaian kemajuan belajar.
8) Pengaruh relatif dari pendidikan formal dibandingkan pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap individu.
9) Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah.
10) Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
Good and Brophy menguraikan tentang Psikologi Pendidikan menjadi 6 bagian yang terdiri dari 16 bab:
Bagian 1 : Psikologi dalam hubungannya dengan tugas guru.
Bagian 2 : Managemen kelas
- Perkembangan dan sosialisasi anak
- Kpemeimpinan dan dinamika kelompok
- Psikologi eksperimental
- Hasil-hasil penelitian majemen kelas
- Menguarngi masalah-maalah manajemen
Bagian 3 : Masalah belajar.
- Pengertian tentang belajar
- Prinsip-prinsip umum belajar
- Tipe-tipe belajar
- Perhatian dan persepsi
- Transfer dalam belajar.
- Perbedaan-perbedaan individual dalam belajar.
- Model-model dan desain intruksional
- Prinsip-prinsip pengajar.
Bagian 4 : Pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan.
- Prinsip-prinsip perkembangan psikologis.
- Perkembangan fisik.
- perkembangan kognitif
- perkembangan personal dan sosial
- kreativitas
- sosialisasi.
- Aplikasi prinsip-prinsip perkembangan ke dalam pendidikan.
Bagian 5 : Motivasi
- Pengertian motivasi
- Perilaku Stimulus-Respon
- Teori kognitif dan motivasi
- Disonansi
- Aplikasi motivasi dalam pendidikan dan pengajaran.
Bagian 6 : Prinsip-prionsip evaluasi dan pengukuran
- Macam-macam tes
- Cara-cara menyusun tes essay dan iobyektive
- Perfomance tes
- Prosedur penilaian
- Monitoring kemajuan siswa
- Reliabilitas dan Validitas tes
- Penggunaan statistik dalam mengolah hasil tes.
BAB II
PEMBAWAAN, KETURUNAN DAN LINGKUNGAN
1. Soal Pembawaan dan Lingkungan
Ada beberapa pendapat tentang pengaruh pembawaan dan atau lingkungan terhadap perkembangan anak.
a. Aliran Nativisme
Menurut aliran ini perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan. Pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi pendidikan tidak perlu (pesimisme paedagogis)
b. Aliran Empirisme
Perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau pendidikan dan oleh pengalamannya. Manusia dapat dididik menjadi apasaja menurut kehendak pendidiknya (optimisme paedagogis). Kaum Behaviorisme sependapat dengan pendapat kaum Empiris itu.
c. Hukum Konvergensi
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan. Pendapat ini dikemukakan oleh William Stern.
Tetapi perkembangan manusia bukan hanya hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan mengembangkan dirinya sendiri, yang sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya dengan bebas. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan.
Kesimpulan:
Jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun menurun yang oleh aktivitas dan pemilihan manusia itu sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang tertentu berkembang berkembang menjadi sifat-sifat.
Tiap-tiap sifat dan ciri-ciri manusia dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh lingkungannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh pembawaannya.
2. Pembawaan dan Keturunan
a. Keturunan
Sifat-sifat keturunan adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Jadi ada dua syarat:
1) persamaan sifat atau ciri-ciri.
2) ciri-ciri ini harus menurun melalui sel-sel kelamin.
Sesuatu sifat atau ciri-ciri yang terdapat pada seseorang yang merupakan keturunan itu belum pasti diterima dari orang tuanya. Tidak semua individu-individu dari suatu generasi menunjukkan sifat-sifat keturunan, dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi. Besarnya perbedaan antara dua individu atau lebih selalu tergantung kepada dua faktor: pembawaan keturunan dan pengaruh lingkungan.
b. Pembawaan
1) Pembawaan
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu (yang terkandung dalam sel benih) dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Potensi-potensi yang bermacam-macam itu tidak begitu saja dapat direalisasikan atau dengan begitu saja dapat menyatakan diri dalam perwujudannya. Untuk dapat diwujudkan sehingga kelihatan dengan nyata potensi-potensi tersebut harus mengalami perkembangan serta membutuhkan latihan-latihan, dan tiap-tiap potensi mempunyai masa kematangan masing-masing. Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel benih, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan keturunan.
2) Struktur Pembawaan.
Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak dapat kita amati dan belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability). Sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) merupakan struktur pembawaan. Sifat-sifat dalam pembawaan tidak berdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari yang lain. Sifat-sifat yang bermacam-macam dalam pembawaan itu merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain. Yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, melainkan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi dengan seorang manusia tertentu.
Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam struktur pembawaan itu tidak semuanya dapat berkembang. Ada sifat-sifat yang tetap terpendam, tetap tinggal, latent atau tersembunyi, tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang tidak dapat mewujudkan diri.
3) Pembawaan dan Keturunan.
Pembawaan (yang dibawa si anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.
Semua yang dibawa oleh si anak sejak lahir adalah diterima karena kelahirannya, jadi memang adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semua diperoleh karena keturunan. Sebaliknya, semua yang diperoleh karena keturunan adalah dapat dikatakan pembawaan: atau lebih tepat lagi pembawaan keturunan.
Keturunan adalah sifat-sifat yang ada pada seseorang yang diwariskan (ada persamaannya dengan orang yang mewariskannya) dengan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang satu kepada generasi yang lain yang berikutnya.
4) Pembawaan dan Bakat
Kedua istilah itu dalam psikologi sering dipakai bersama dengan maksud yang sama pula.
Tapi sebenarnya ada perbedaannya. Bakat lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti “kecakapan pembawaan” yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu. Sedang kata “pembawaan” mengandung arti yang lebih luas, yaitu semua sifat-sifat ciri-criri dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir termasuk juga “pembawaan keturunan”.
3. Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
a. Beberapa macam pembawaan:
1) Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badan, anggota-anggota tubuh, intelijensinya, ingatannya, dan sebagainya menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis makhluk lainnya.
2) Pembawaan ras
Dalam jenis manusia masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
3) Pembawaan jenis kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan enis kelamin masing: laki-laki atau perempuan.
4) Pembawaan perseorangan
Tiap-tiap individu memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal.
Pembawaan keturunan sebagian besar menampakkan diri dalam sifat-sifat jasmaniah (physis) dan sebagian lagi dalam pembawaan rohaniah (psikis).
b. Macam-macam pembawaan tersebut yang paling banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin. Ketiga macam jenis pembawaan tersebut sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan
Yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya banyak ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain:
1) Konstitusi tubuh
2) Cara bekerja alat-alat indra
3) Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar
4) Tipe-tipe perhatian, intelegensi kuotien (IQ) serta tipe-tipe intelegensi
5) Cara-cara berlangsungnya emosi –emosi yang khas: cepat atau lambatnya bereaksi terhadap sesuatu.
6) Tempo dan ritme perkembangan.
4. Lingkungan
a. Macam-macam Lingkungan
Menurut Sartain yang dimaksud lingkungan (environment) ialah semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.
Lingkungan kita yang aktual (yang sebenarnya hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benar mempengaruhi kita.
Sartain membangi lingkungan menjadi 3 bagian:
1) Lingkungan alam/luar (eksternal or physical environment),
2) Lingkungan dalam (internal environment), dan
3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environment).
Lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia.
Lingkungan dalam ialah sesuatuyang termasuk lingkungan luar/alam. Makanan yang sudah dalam perut kita dikatakan berada antara external dan internal environment . Makanan yang sudah dicerna dan diserap ke dalam pembuluh darah benar-benar termasuk ke dalam internal environment.
Lingkungan sosial ialah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial ada yang kita terima langsung ada yang tidak langsung. Pengaruh langsung misalnya pergaulan sehari-hari. Yasng tidak langsung misalnya radio, televisi, majalah.
Kepribadian kita adalah hasil interaksi antar gen-gen dan lingkungan sosial kita. Karena intersaksi ini maka tiap-tiap manusia unik, tiap orang memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.
Jika kita hubungkan anatara pembawaan/keturunan (heredity) dan lingkungan dalam hal pengaruhnya terhadap perkembangan manusia, maka: sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan (heredity) dan lingkungan kita.
b. Bagaimana Individu Berhubungan dengan Lingkungan?
Allport merumuskan kepribadian manusia sebagai berikut: “Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya denagn lingkungan”. Kepribadian itu menjadi kepriobnadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat, kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya menyatakan diri dengan khas dalam menyasuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Cara-cara individu berhubungan dengan lingkungannya oleh Woodworth dibedakan menjadi 4 macam:
1) Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2) Individu menggunakan lingkungannya,
3) Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan
4) Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam usaha mengambangkan dirinya dan dalam interaksinya dengan lingkungan pada umumnya tiap-tiap individu menggunakan kedua cara berikut:
1) mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis),
2) mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (penyesuaian diri alloplastis).
BAB III
MENGAPA MANUSIA BERINTEGRASI DENGAN DUNIA LUAR
Mengapa manusia sebagai individu membutuhkan dan berintegrasi dengan dunia luar/lingkungan? Bagaimana cara manusia itu melakukan interaksi itu?
1. Tenaga-tenaga Pendorong pada Manusia
Daya-daya yang mendorong manusia dari dalam untuk melakukan interaksi dengan dunia luar agar dapat melangsungkan dan mengembangkan hidupnya disebut dorongan nafsu (driften). Yang dimaksud dorongan nafsu ialah: kekuatan pendorong maju yang memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu. Dorongan nafsu adalah bentuk penjelmaan hidup tertentu.
Dorongan nafsu itu dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a. Dorongan nafsu mempertahankan diri: mencari makanan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, dan sebagainya.
b. Dorongan nafsu mengembangkan diri: dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahui. Dorongan ini yang menjadikan kebudayaan manusia semakin maju dan tinggi.
c. Dorongan nafsu mempertahankan jenis: menjaga agar jenisnya atau keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan ini terjelma dalam adanya perjodohan, serta memelihara dan mendidik anak-anak.
Ada pula yang membagi dorongan nafsu menjadi empat macam sebagai berikut:
a. dorongan nafsu vital (hayati),
b. dorongan nafsu egois,
c. dorongan nafsu sosial, dan
d. dorongan nafsu supra sosial.
Keempat nafsu tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan satu sama lain berhubungan erat dan satu sama lain saling pengaruh mempengaruhi dalam manusia sebagai individu yang bulat.
a. Dorongan nafsu vital: daya pendorong dalam diri manusia yang diarahkan pada tercapainya nilai-nilai atau benda-benda yang berfaedah bagi organisme (jasad).
b. Dorongan nafsu egois: nafsu ini mendorong manusia kepada penghayatan akan kepercayaan kepada diri sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin dan perasaan tanggung jawab. Hidup dorongan nafsu egois ini berhasrat mempertinggi aku, artinya tertuju kepada perkembangan dan kesempurnaan diri.
c. Dorongan nafsu sosial: nafsu ini menyatakan akan kebutuhan sosial/pergaulan di dalam hidup bersama, penyesuaian diri dengan dan pengabdian diri kepada masyarakat. Hidup dorongan nafsu sosial ini mendorong manusia berkumpul dan mengadakan kontak dengan manusia lain, berupa persahabatan, perkawinan, dan sebagainya yang memungkinkan hidup bermasyarakat. Hasrat untuk menyempuirnakan diri (hidup nafsu egois) dan untuk menyerahkan diri (hidup nafsu sosial) tidak terpisah-pisah pada “manusia sebagai manusia”.
d. Dorongan nafsu supra sosial: dorongan nafsu ini diarahkan kepada penghayatan atas perhubungan dengan Yang Mahakuasa, sebagai asal segala yang ada.
Yang menjadi dasar pembagian menjadi empat macam dorongan nafsu itu adalah nilai-nilai atau benda-benda yang hendak dicapai (harus dicapai agar dapat berkembang kemanusiaannya) yaitu:
a. Apa yang dibutuhkan manusia guna mempertahankan dan mengembangkan jasadnya: nilai-nilai vital (hayati).
b. Apa yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”: segala nilai-nilai yang dibutuhkan dan mengembangkan aku sebagai manusia (sebagai individu).
c. Apa yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”: segala nilai-nilai untuk mempertahankan mengembangkan aku sebagai makhluk sosial.
d. Apa yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”: segala nilai-nilai yang mengembangkan dan mempertahakan manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
2. Daya-daya/alat-alat Interaksi Manusia dengan Dunia Luar.
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan berbagai daya-daya jiwa. Daya-daya yang terpenting antara lain: pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, beroikir, perasaan dan kemauan.
a. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu daya jiwa untuk memasukkan kesan-kesan dari luar melalui/dengan menggunakan alat dria. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan pengetahuan seseorang. Fungsi pengamatan ini disebut fungsi reseptif (menerima) dan berlaku pada masa sekarang. Ada empat faktor yang memungkinkan terjadinya suatu pengamatan: perangsang (stimulus – benda yang diamati), alat dria – otak – dan perhatian. Pengamatan selalu terikat oleh waktu dan tempat, dan berlangsung di waktu sekarang. Pengamatan menghasilkan gambaran-gambaran jiwa yang disebut kesan-kesan yang berupa tanggapan atau pengertian. Kesan-kesan inilah yang kemudian menjadikan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Hasil pengamatan masing-masing individu meskipun perangsangnya sama hasilnya serta kesan-kesan yang diterimanya tidak sama benar. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan apersepsi dan proses pengolahannya berbeda-beda setiap individu, serta daya-daya psikis yang lain yang menyertai aktivitas pengamatan itu intensitasnya tidak sama.
b. Ingatan
Kesan-kesan yang tertinggal dari pengamatan di dalam diri manusia yang berupa tangggapan-tanggapan maupun pengertian disimpan untuk sewaktu-waktu dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu disebut daya ingatan. Fungsi ingatan tidak terikat oleh waktu dan tempat serta berhubungan dengan waktu lampau. Sifat-sifat ingatan pada tiap-tiap orang berbeda-beda.
c. Fantasi
Fantasi ialah daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan atau kesan-kesan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Dalam berfungsinya daya fantasi menyertai daya pengamatan dan daya berpikir manusia.
Di dalam penyertaan terhadap p[engamatan, fantasi kadang-kaddang membantu diperolehnya hasil pengamtaan yang baik, tetapi kadang-kadang juga merusak/mengacaukan proses dan hasil pengamatan. Demikian juga terhadap berpikir.
Faedah fantasi:
1) Untuk menerima, menambah dan memajukan ilmu pengetahuan.
2) Untuk menciptakan kesenian dan terknik.
3) Untuk membentuk watak dan pribadi yang baik.
4) Memungkinkan kita menghidarkan diri dari kesusahan dan kesulitan hidup, menimbulkan cita-cita dan perasaan yang luhur. Dengan adanya fantasi kebudayaan manusia makin berkembang maju dan tinggi.
Keburukan fantasi:
1) Dapat menyebabkan orang meninggalkan realitas.
2) Dapat menimbulkan pikiran dan perasaan yang rendah, yang bersifat asusila dan asosial.
3) Dapat menimbulkan perasaan takut dan takhayul yang merugikan diri seseorang.
Fantasi penting dan perlu dikembangkan asal ke arah yang baik dan berguna.
e. Perasaan
Perasaan adalah gema psikis yang biasanya selalu menyertai setiap pengalaman dan setiap daya-daya psikis yang lain seperti: pengamatan, ingatan, fantasi, kemauan, berpikir. Perasaan biasanya berwujud senang atau tidak senang, gembira atau sedioh, simpati atau antipati, suka atau benci, dan lain-lain.
Intensitas perasaan: kuat lemahnya perasaan yang dihayati seseorang. Intensitas perasaan juga berubah-ubah, kadang kuat kadang lemah. Hal ini tergantung/dipengaruhi oleh keadaan jasmani dan rohani dan bagaimana situasi yang dihadapi. Jika suatu perasaan pada seseorang menjadi sangat kuat dan timbulnya hanya sebentar dan biasanya disertai oleh gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula disebut afek.
Wundt mebedakan afek menjadi tiga golongan:
1) Afek yang disertai perasaan senang atau tidak senang.
2) Afek yang menggiatkan atau melemahkan daya-daya jiwa.
3) Afek yang penuh dengan ketegangan jiwa dan kebalikannya.
Kant membedakan sebagai berikut:
1) Afek stenis ialah yang dapat menimbulkan kekuatan dan menghebatkan perbuatan seseorang.
2) Afek astenis yang membawa perasaankehilangan kekuatan pada diri seseroang.
Jenis-jenis Perasaan
Semua perasaan itu selalu bersangkut paut satu sama lain. Semua aktivitas manusia termasuk aktivitas merasakan adalah merupakan aktivitas jasmani-rohani sekaligus.
1) Perasaan intelek: ialah perasaan-perasaan yang kita hayati bila kita memperoleh pengetahuan tetntang sesuatu. Perasaan ini mendorong manusia untuk memperoleh pengetahuan.
2) Perasaan estetis: ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita berpendapat bahwa sesuatu itu bagus atau jelek, indah atau tidak. Sesuatu norma/ukuran yang ada pada diri seseorang untuk menilai sesuatu itu bagus atau jelek (indah atau tidak) disebut cita rasa. Cita rasa tiap-tiap orang tidak sama, ini dipengaruhi pembawaan dan pengaruh lingkungan.
3) Perasaan etis (kesusilaan): ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita menilai seuatu itu baik atau buruk, dalam arti susila. Norma atau ukuran untuk menilai baik buruknya sesuatu disebut kata hati. Dalam menilai sesuatu orang menggunakan intelek/pikirannya.
4) Perasaan sosial (kemasyarakatan): ialah perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain. Perasaan sosial ada yang positif ada yang negatif. Sifat seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri disebut egois. Orang yang banyak pengabdiannya kepada masyarakat disebut altruis.
5) Perasaan religius (keagamaan): ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita merasa bersatu dengan alam semesta sedang menghadap ke hadirat Tuhan Yang Masha Esa seperti di waktu kita sembahyang.
6) Perasaan harga diri: ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita menilai tinggi rendahnya diri kita terhadap orang lain di dalam pergaulan sehari-hari.
Perasaan harga diri positif yang berlebihan disebut superior, dapat menjadikan orang itu sombong atau takabur. Perasaan harga diri negatif yang berlebihan disebut inferior, dapat menjadikan orang mempunyai harga diri kurang (minder waardigheids gevoel).
Bermacam-macam perasaan tersebut sangat erat hubungannya satu sama lain.