BERANDA

Senin, 19 April 2010

BOLEHKAH NON MUSLIM KITA SEBUT ALMARHUM?

Kata "Almarhum" cukup familiar bagi telinga orang Indonesia ketika menyebut nama orang yang sudah meninggal. Biasanya yang disematkan sebutan ini adalah orang dekat yang pernah hidup bersama. Kata "Almarhum" ini tidak banyak dipakai di negara-negara lain, khususnya di jazirah Arab. Kata ini, juga jarang/tidak pernah digunakan oleh para ulama di masa lalu.


Almarhum adalah bentuk maf'ul dari rahima-yarhamu, yang artinya mengasihi. Berarti maksud ucapan Almarhum adalah orang yang dikasihi atau dirahmati oleh Allah. Kata Almarhum yang berbentuk kalimah isim mengandung makna memastikan, yaitu orang tersebut pasti dirahmati oleh Allah, karenanya dia pasti masuk surga.

Dalam timbangan akidah Islam, kita tidak dibolehkan memastikan seseorang sebagai ahli surga kecuali berdasarkan nash. Kita juga tidak boleh menyatakan seseorang tertentu benar-benar dirahmati dan diampuni dosanya oleh Allah, kecuali dengan keterangan dari Al Qur'an dan sunnah Rasulillah shallallahu 'alaihi wasallam. Hanya saja kita berharap bahwa orang beriman yang telah berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk dirahmati oleh Allah, diampuni dosanya, dan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya, terhadap orang kafir yang mati di atas kekafiran, kita nyatakan sebagai ahli neraka.

Namun dalam realitanya, banyak kita dengarkan orang dengan mudahnya menyematkan gelar atau sebutan "Almarhum" kepada orang yang meninggal. Lebih parah lagi, gelar atau sebutan ini disematkan kepada orang kafir yang meninggal di atas kekafiran.

Pada saat jumpa pers di Mabes Polri, Rabu siang (10 Maret 2010) kemarin, kita mendengar Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri menyematkan gelar "Almarhum" kepada Briptu Boas Woisiri (35), prajurit yang meninggal dalam penggerebekan di Aceh beberapa hari lalu. Padahal jelas, Boas meninggal di sebagai seorang kristen, artinya dia meninggal di atas kekafiran.

"Istri dari almarhum Boas Waoisir merupakan lulusan sarjana ekonomi," tulis Vivanews mengutip ucapan Kapolri.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah pernah ditanya tentang sebutan "Almarhum" bagi orang meninggal, dan berikut ini jawaban beliau:

Dalam masalah ini kata-kata yang dibenarkan adalah ghafarallahu lahu (semoga Allah mengampuninya) atau rahimahullah (semoga Allah merahmatinya)' dan ucapan semisal itu bila dia (orang yang meninggal dunia tersebut) seorang Muslim. Kata al-maghfur lahu atau al-marhum tidak boleh digunakan karena mengandung makna bersaksi terhadap orang tertentu bahwa dia ahli surga, ahli neraka atau lainnya, kecuali orang yang memang sudah dipersaksikan oleh Allah dengan hal itu dalam Kitab-Nya yang mulia atau orang yang telah dipersaksikan oleh RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam.

kata-kata yang dibenarkan adalah ghafarallahu lahu atau rahimahullah dan ucapan semisal itu bila dia seorang Muslim.

Inilah yang disebutkan oleh ulama Ahlus Sunnah: "barangsiapa yang Allah nyatakan di dalam Al Qur'an sebagai ahli neraka seperti Abu Lahab dan istrinya; atau orang yang dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamsebagai ahli surga seperti Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman, Ali, dan para sahabat lainnya yang termasuk sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga; dan selain mereka yang telah dipersaksikan beliau masuk surga seperti Abdullah bin Salam, Ukasyah bin Mihsan; ataupun orang yang dipersaksikan beliau masuk neraka seperti Abu Thalib, Amr bin Luhay Al-Khuza'i dan selain keduanya yang telah dipersaksikan beliau masuk neraka -na'udzu billahi min dzalik- maka kita menyatakan seperti itu. Sedangkan orang yang belum dipersaksikan Allah ataupun Rasul-Nya masuk surga atau neraka, maka kita tidak bersaksi atasnya terhadap hal tersebut dengan menentukan orangnya. Demikian juga, kita tidak bersaksi terhadap seseorang tertentu mendapatkan ampunan (maghfirah) atau rahmat kecuali berdasarkan nash Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Akan tetapi Ahlus Sunnah berharap bagi orang yang berbuat baik dan takut berbuat buruk serta kaum mukminin pada umumnya semoga menjadi ahli surga. Sedangkan bagi orang-orang kafir pada umumnya menjadi ahli neraka.

Sebagaimana hal itu telah dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitabNya:

وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا

"Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya . . " (QS. Al Taubah: 72)

وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ

"Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka . . ." (QS. Al Taubah: 68)

Sebagian ulama berpendapat boleh bersaksi bahwa fulan ahli neraka dan ahli surga jika ada dua orang adil atau lebih yang menjadi saksi atas kebaikan atau keburukan dirinya berdasarkan hadits-hadits shahih yang berisi tentang hal tersebut.

(Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Juz V, hal. 365-366 dari fatwa Syaikh Ibn Baz)

Fatwa Lajnah Daimah

Lajnah Daimah pernah ditanya: "Saya mendengar sebagian kalimat yang sering diucapkan oleh sebagian orang. Saya ingin mengetahui pandangan Islam terhadap kalimat ini? Misalnya, jika ada seseorang tertentu meninggal dunia, sebagian orang mengatakan “almarhum si fulan”. Jika orang yang meninggal itu memiliki kedudukan, mereka mengatakan “almaghfur lahu fulan”.

Lajnah menjawab:

Kepastian ampunan atau rahmat Allah kepada seseorang setelah orang itu meninggal dunia merupakan perkara ghaib; hanya diketahui oleh Allah, kemudian makhluk yang diberitahu oleh Allah ‘Azza wa jalla, seperti para malaikatNya dan para nabiNya.

Jadi pemberitaan orang lain, selain para malaikat atau para nabi tentang mayit bahwa ia sudah mendapatkan rahmat atau maghfirah, merupakan sesuatu yang tidak boleh. Kecuali orang yang sudah dijelaskan nash dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. (kalau berani berbicara) tanpa nash, berarti telah berlaku lancang atas sesuatu yang ghaib, padahal Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

"Katakanlah: 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah'.” (QS. An Naml :65)

"(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang diridhaiNya." (QS. Jin :26-27)

Kepastian ampunan atau rahmat Allah kepada seseorang setelah orang itu meninggal dunia merupakan perkara ghaib;

Namun seorang muslim diharapkan mendapatkan maghfirah (ampunan), rahmat dan masuk syurga, sebagai karunia dan kasih sayang dari Allah. Dan dia dido’akan agar mendapatkan ampunan, sebagai ganti dari pemberitaan bahwa ia telah mendapatkan ampunan dan rahmat. Allah berfirman :

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya." (QS An Nisa': 48)

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit bahwa Ummul Ala’ -seorang wanita yang pernah membaiat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- memberitahuku, bahwa kaum muhajirin diundi (untuk menentukan siapa di kalangan Muhajirin yang ditempatkan di rumah seorang dari kalangan Anshar). Maka Utsman bin Madz’un terpilih buat kami, lalu kami ditempatkan di rumah kami. Lalu dia sakit yang menyebabkan meninggal. Ketika sudah meninggal, dimandikan, dan telah dikafani dengan kain-kainnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk. Lalu aku mengatakan, “Rahmat Allah atasmu, wahai Abu Sa’ib (maksudnya Utsman bin Madz’un)Aku bersaksi bahwa Allah sungguh telah memuliakanmu.”

Mendengar ucapanku ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Apa yang telah membuat Engkau mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?”

Aku mengatakan, “Demi bapakmu(ini bukan untuk bersumpah, pent), lalu siapa yang dimuliakan Allah?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Karena dia telah meninggal dunia, maka demi Allah, saya sungguh mengharapkan kebaikan baginya. Dan demi Allah, saya tidak tahu padahal saya adalah Rasulullah apa yang akan Allah lakukan pada diri saya!“

Kemudian ummul ‘Ala mengatakan: ”Demi Allah, setelah itu seterusnya (kepada seorang pun) saya tidak (lagi) memberi persaksian bahwa si fulan mendapatkan kebaikan setelah meninggalnya.” (HR Bukhari)

Dan mengenai ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dan demi Allah. Saya tidak tahu-padahal saya adalah Rasulullah- apa yang akan Allah lakukan pada diri saya," beliau katakan sebelum Allah menurunkan firmannya:

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan akan datang." (QS Al Fath :1-2) Juga sebelum Allah memberitahukan beliau termasuk sebagai penghuni surga.

(Lihat fatwa Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts Al Ilmiyah Wal ifta’, 2/159-160).

Mendudukkan maksud Almarhum

Mengenai ucapan "Almarhum", jika maknanya pemberitaan tentang keadaan si mayit bahwa ia telah mendapatkan rahmat dari Allah, maka ini haram. Karena ucapan ini berarti sama dengan memastikan bahwa si fulan termasuk penduduk surga. Padahal ini termasuk perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang yang diberi tahu oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Namun jika makna "almarhum" itu sebagai ungkapan optimisme atau harapan semoga si mayit mendapatkan rahmat, maka tidaklah mengapa mengucapkan kata-kata ini. (lihat Majmu’ Fatawa, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, 3/85).

Jika maknanya pemberitaan tentang keadaan si mayit bahwa ia telah mendapatkan rahmat dari Allah, maka ini haram.

Ucapan apa yang tepat?

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami, semestinya jika kalimat "almarhum" diganti dengan rahimahullah atau ghafarallahu lahu, atau Allahu yarhamuhu atau sejenisnya yang merupakan do’a.

Hal ini sebagaimana yang dinasihatkan oleh Syaikh bin Bazz, ". . . demikian juga (tidak diperbolehkan) persaksian atas seorang bahwa ia maghfur lahu (diampuni dosa-dosanya) atau almarhum (benar-benar mendapat rahmat). Oleh karena itu, sebagai ganti dari ucapan al marhum dan al maghfur, sebaiknya diucapkan : “Ghafarallahu lahu” (semoga Allah mengampuninya) atau “Rahimahullahu” (Semoga Allah merahmatinya). Atau ungkapan sejenis yang termasuk do’a bagi si mayit. (Lihat Majmu’ Fatawa Wa Maqalatu Mutanawwi’ah, 4/335).

. . semestinya jika kalimat "almarhum" diganti dengan rahimahullah atau ghafarallahu lahu, atau Allahu yarhamuhu atau sejenisnya yang merupakan do’a.

(voa-islam.com)

FAKTA ILMIAH: NABI MUHAMMAD MEMBELAH BULAN

KISAH ini diceritakan oleh Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar (pakar Geologi Muslim) tentang pengalaman seorang pemimpin Al-Hizb al-Islamy Inggris yang masuk Islam karena takjub dengan kebenaran terbelahnya bulan.

Allah berfirman: “Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah" (QS. Al-Qamar 1).
Apakah kalian akan membenarkan kisah dari ayat Al-Quran ini yang menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris?


Di bawah ini adalah kisahnya:

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah?

Maka, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut: Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari al-Quran. Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, “Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi, “Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah”, mengandung mukjizat secara ilmiah?”

Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad Saw. sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana Nabi-nabi sebelumnya.

Mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi, hal itu memang benar termaktub di dalam al-Quran dan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Allah ta’alaa memang benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu. Maka, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Makkah Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?”

...Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka, Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya...

Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian inginkan ? Mereka menjawab: Coba belah bulan”. Maka, Rasulullah pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu, Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka, Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Maka, serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, “Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!” Akan tetapi, para ahli mengatakan bahwa sihir memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada disampingnya, akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Maka, mereka pun menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Lalu, orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Makkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan.

Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Makkah, orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali…”.

Akhirnya, sebagian mereka pun beriman sedangkan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: Sungguh, telah dekat hari qiamat dan telah terbelah bulan. Ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap …. (sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb al-Islamy Inggris.

Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?” Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: Dipersilahkan dengan senang hati.” Daud Musa Pitkhok berkata, “Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemahan al-Quran yang mulia. Aku pun berterima kasih kepadanya dan membawa terjemah itu pulang ke rumah. Ketika aku membuka-buka terjemahan al-Quran itu di rumah, surat yang pertama aku buka ternyata al-Qamar. Dan aku pun membacanya: “Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah… “.

Aku pun bergumam: “Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun menghentikan pembacaan ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, Allah Maha Tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Suatu hari aku pun duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi di antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan. Presenter pun berkata, ” Andai dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak berguna”. Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, “Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik segi kedokteran, industri, dan pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia-sia, tetapi justru dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.

Dan, di antara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakinya di bulan, di mana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, “Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?”

Mereka pun menjawab, “Tidak, !!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun.

Maka presenter itu pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya? Mereka menjawab, “Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!! Gambar ini di foto dari pesawat ulang alik NASAPresenter pun bertanya, “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?” Mereka menjawab, “Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Lalu, kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya dan mereka mengatakan, “Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah kemudian bersatu kembali”.

...“Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Lalu, kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya dan mereka mengatakan, “Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah kemudian bersatu kembali”...

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, “Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, “Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad Saw. 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!! Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah.

Maka, aku pun berguman, “Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf al-Quran dan aku baca surat Al-Qamar, dan … saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.

Mahabenar Allah dengan segala Firman-Nya

Sabtu, 17 April 2010

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN



BAB I

PENDAHULUAN

1. Apakah Psikologi Itu?

Menurut etimologinya berasal dari kata psyche yang berarti: jiwa, dan logos yang berarti: ilmu. Sehingga psikologi sering diterjemahkan : ilmu jiwa. Ini kurang tepat karena bertitik tolak dari pandangan dualisme manusia, dimana manusia terdiri dari dua bagian jasmani dan dan rohani.

Psikologi merupakan ilmu yang ingin mempelajari manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku yang dimaksudkan adalah tindakan/kegiatan/perbuatan manusia yang keliahatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi bagaimana manusia itu berintegrasi dengan dunia luar.

Batasan lain:

Woodworth: “Psychologi studies the individual’s activities in relation to environment.”

Crow & Crow: “Psychology is the study of human behavior and human relationship.”

Sartain: “Psychologi is the scientific study of the behavior of living organism, with especial attension given to human behavior.” Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia.


2. Obyek Psikologi dan Macam-macamnya

Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek psikologi dibedakan menjadi 2 macam:

a. Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Obyek material dari psikologi ialah manusia.

b. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. Obyek formal psikologi berbeda-beda menurut perubahan zaman dan pandanagn para ahli masing-masing.

Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan obyek formalnya adalah hakekat jiwa. Pada masa Descartes obyek psikologi ialah gejala-gejala kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita. Pada aliran Behaviorisme abad 20 yang menjadi obyek psikologi ialah tingkah laku manusia yang tampak. Pada aliran psikologi yang dipelopori Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran manusia.

Macam-macam psikologi:

1) Psikologi Metafisika, menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan Plato dan Aristoteles.

2) Psikologi Empiri, menyelidiki gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia.

a) Psikologi Umum, menyelidiki/mempelajari gejala kejiwaan manusia pada umumnya.

b) Psikologi Khusus, menyelidiki gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan dan tujuan.

- Psikologi Perkembangan

- Psikologi Pemuda

- Psikologi Kedokteran (Patho Psikologi)

- Psikologi Kriminal

- Psiko teknik

- Karakterologi (Ilmu Watak)

- Psikologi Pendidikan

- Psikologi Sosial

- Psikologi Gestalt

- Behaviorisme

- Psikologi Ketidaksadaran (Psikoanalisa, Individual Psikologi, Analitise Psikologi).


3. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-ilmu Lain

Disamping menjadi obyek Psikologi manusia juga menjadi obyek ilmu-ilmu yang lain terutama anthropologi, sosiologi, dan fisiologi.

a. Psikologi dan Anthropologi

Secara etimologi, anthropologi berarti ilmu tentang manusia. Anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu. Anthropologi dibagi menjadi dua yaitu anthropologi fisik dan anthropologi kebudayaan.

Anthropologi fisik berhubungan dengan ciri-ciri fisik manusia di dunia. Anthropologi kebudayaan berhubungan dengankebudayaan, kepribadian yang tipikal yang terdpat dalam tiap kebudayaan, pengaruh-pengaruih kebudayaan terhadap kepribadian manusia dan masyarakat.

Jadi psikologi dan anthropologi kedua-duanya menyangkut daerah dan masalah-maalah tertentu yang bersamaan, keduanya saling isi mengisi. Perbedaan yang prinsipil terletak pada apa yang menjadi tekanannya: psikologi menekankan pada individu, anthropologi menekankan pada kelompok.

b. Psikologi dan Sosiologi

Sosiologi juga ilmu yang secara langsung berhubungan dengan tingkah laku manusia, dan memusatkan perhatiannya kepada tingkah laku kelompok. Yang dipelajari terutama ialah hubungan sosial manusia. Jadi Sosiologi dan Psikologi banyak persamaannya.

Perbedaannya: Psikologi menekankan pada person individu sedangkan Sosiologi menekankan pada sifat-sifat dan tingkah laku kelompok.

c. Psikologi dan Fisiologi

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ yang ada dalam tubuh manusia, berbagai sistem peredaran, dan bagaimana organ-organ dan sistem-sistem peredaran itu berinteraksi satu sama lain. Apa yang dipelajari Psikologi ialah mengenai persona individu itu sendiri. Individu sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani. Jadi meski Psikologi menyelidiki fungsi-fungsi jasmani, selalu dalam hubungan dengan fungsi-fungsi rohani individu.

Kesimpulan:

Perbedaan antara ilmu-ilmu yang berhubungan seperti di atas tidak tegas, tetapi hanya dalam tekanan masing-masing. Ketiganya saling berhubungan. Tingkah laku manusia dalam arti luas adalah merupakan lapanganyang sangat kompleks yang tidak dapat diketahui dengan baik hanya dengan salah satu segi saja. Salah satu ilmu saja tidak dapat memonopoli informasi tentang tingkah laku manusia itu.


4. Apakah Psikologi Pendidikan itu?

Psikologi Pendidikan merupakan pecahan dari Psikologi. Psikologi Pendidikan adalah psikologi yang diterapkan di dalam pendidikan. Psikologi Pendidikan merupakan ilmu terapan (applied science). Psikologi Pendidikan adalah cabang dari Psikologi yang dalam penguraian dn penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.



5. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

Psikologi Pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi ke dalam pendidikan. Maka ruang lingkup Psikologi Pendidikan mencakup topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.

Ruang lingkup Psikologi Pendidikan menurut Crow & Crow antara lain:

1) Pengaruh pembawaan dan lingkungan terhadap belajar

2) Sifat-sifat dari proses belajar.

3) Hubungan antara kematangan dengan kesiapan belajar.

4) Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individu dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.

5) Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar.

6) Hubungan antara prosedur mengajar dengan hasil belajar.

7) Teknik-teknik yang efektif bagi penilaian kemajuan belajar.

8) Pengaruh relatif dari pendidikan formal dibandingkan pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap individu.

9) Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah.

10) Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.



Good and Brophy menguraikan tentang Psikologi Pendidikan menjadi 6 bagian yang terdiri dari 16 bab:

Bagian 1 : Psikologi dalam hubungannya dengan tugas guru.

Bagian 2 : Managemen kelas

- Perkembangan dan sosialisasi anak

- Kpemeimpinan dan dinamika kelompok

- Psikologi eksperimental

- Hasil-hasil penelitian majemen kelas

- Menguarngi masalah-maalah manajemen

Bagian 3 : Masalah belajar.

- Pengertian tentang belajar

- Prinsip-prinsip umum belajar

- Tipe-tipe belajar

- Perhatian dan persepsi

- Transfer dalam belajar.

- Perbedaan-perbedaan individual dalam belajar.

- Model-model dan desain intruksional

- Prinsip-prinsip pengajar.

Bagian 4 : Pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan.

- Prinsip-prinsip perkembangan psikologis.

- Perkembangan fisik.

- perkembangan kognitif

- perkembangan personal dan sosial

- kreativitas

- sosialisasi.

- Aplikasi prinsip-prinsip perkembangan ke dalam pendidikan.

Bagian 5 : Motivasi

- Pengertian motivasi

- Perilaku Stimulus-Respon

- Teori kognitif dan motivasi

- Disonansi

- Aplikasi motivasi dalam pendidikan dan pengajaran.

Bagian 6 : Prinsip-prionsip evaluasi dan pengukuran

- Macam-macam tes

- Cara-cara menyusun tes essay dan iobyektive

- Perfomance tes

- Prosedur penilaian

- Monitoring kemajuan siswa

- Reliabilitas dan Validitas tes

- Penggunaan statistik dalam mengolah hasil tes.


BAB II

PEMBAWAAN, KETURUNAN DAN LINGKUNGAN



1. Soal Pembawaan dan Lingkungan

Ada beberapa pendapat tentang pengaruh pembawaan dan atau lingkungan terhadap perkembangan anak.

a. Aliran Nativisme

Menurut aliran ini perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan. Pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi pendidikan tidak perlu (pesimisme paedagogis)

b. Aliran Empirisme

Perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau pendidikan dan oleh pengalamannya. Manusia dapat dididik menjadi apasaja menurut kehendak pendidiknya (optimisme paedagogis). Kaum Behaviorisme sependapat dengan pendapat kaum Empiris itu.

c. Hukum Konvergensi

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan. Pendapat ini dikemukakan oleh William Stern.

Tetapi perkembangan manusia bukan hanya hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan mengembangkan dirinya sendiri, yang sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya dengan bebas. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan.

Kesimpulan:

Jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun menurun yang oleh aktivitas dan pemilihan manusia itu sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang tertentu berkembang berkembang menjadi sifat-sifat.

Tiap-tiap sifat dan ciri-ciri manusia dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh lingkungannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh pembawaannya.



2. Pembawaan dan Keturunan

a. Keturunan

Sifat-sifat keturunan adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Jadi ada dua syarat:

1) persamaan sifat atau ciri-ciri.

2) ciri-ciri ini harus menurun melalui sel-sel kelamin.

Sesuatu sifat atau ciri-ciri yang terdapat pada seseorang yang merupakan keturunan itu belum pasti diterima dari orang tuanya. Tidak semua individu-individu dari suatu generasi menunjukkan sifat-sifat keturunan, dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi. Besarnya perbedaan antara dua individu atau lebih selalu tergantung kepada dua faktor: pembawaan keturunan dan pengaruh lingkungan.



b. Pembawaan


1) Pembawaan

Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu (yang terkandung dalam sel benih) dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Potensi-potensi yang bermacam-macam itu tidak begitu saja dapat direalisasikan atau dengan begitu saja dapat menyatakan diri dalam perwujudannya. Untuk dapat diwujudkan sehingga kelihatan dengan nyata potensi-potensi tersebut harus mengalami perkembangan serta membutuhkan latihan-latihan, dan tiap-tiap potensi mempunyai masa kematangan masing-masing. Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel benih, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan keturunan.


2) Struktur Pembawaan.

Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak dapat kita amati dan belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability). Sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) merupakan struktur pembawaan. Sifat-sifat dalam pembawaan tidak berdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari yang lain. Sifat-sifat yang bermacam-macam dalam pembawaan itu merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain. Yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, melainkan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi dengan seorang manusia tertentu.

Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam struktur pembawaan itu tidak semuanya dapat berkembang. Ada sifat-sifat yang tetap terpendam, tetap tinggal, latent atau tersembunyi, tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang tidak dapat mewujudkan diri.


3) Pembawaan dan Keturunan.

Pembawaan (yang dibawa si anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.

Semua yang dibawa oleh si anak sejak lahir adalah diterima karena kelahirannya, jadi memang adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semua diperoleh karena keturunan. Sebaliknya, semua yang diperoleh karena keturunan adalah dapat dikatakan pembawaan: atau lebih tepat lagi pembawaan keturunan.

Keturunan adalah sifat-sifat yang ada pada seseorang yang diwariskan (ada persamaannya dengan orang yang mewariskannya) dengan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang satu kepada generasi yang lain yang berikutnya.


4) Pembawaan dan Bakat

Kedua istilah itu dalam psikologi sering dipakai bersama dengan maksud yang sama pula.

Tapi sebenarnya ada perbedaannya. Bakat lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti “kecakapan pembawaan” yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu. Sedang kata “pembawaan” mengandung arti yang lebih luas, yaitu semua sifat-sifat ciri-criri dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir termasuk juga “pembawaan keturunan”.



3. Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan

a. Beberapa macam pembawaan:

1) Pembawaan jenis

Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badan, anggota-anggota tubuh, intelijensinya, ingatannya, dan sebagainya menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis makhluk lainnya.

2) Pembawaan ras

Dalam jenis manusia masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.

3) Pembawaan jenis kelamin

Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan enis kelamin masing: laki-laki atau perempuan.

4) Pembawaan perseorangan

Tiap-tiap individu memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal.

Pembawaan keturunan sebagian besar menampakkan diri dalam sifat-sifat jasmaniah (physis) dan sebagian lagi dalam pembawaan rohaniah (psikis).

b. Macam-macam pembawaan tersebut yang paling banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin. Ketiga macam jenis pembawaan tersebut sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan

Yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya banyak ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain:

1) Konstitusi tubuh

2) Cara bekerja alat-alat indra

3) Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar

4) Tipe-tipe perhatian, intelegensi kuotien (IQ) serta tipe-tipe intelegensi

5) Cara-cara berlangsungnya emosi –emosi yang khas: cepat atau lambatnya bereaksi terhadap sesuatu.

6) Tempo dan ritme perkembangan.



4. Lingkungan

a. Macam-macam Lingkungan

Menurut Sartain yang dimaksud lingkungan (environment) ialah semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.

Lingkungan kita yang aktual (yang sebenarnya hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benar mempengaruhi kita.

Sartain membangi lingkungan menjadi 3 bagian:

1) Lingkungan alam/luar (eksternal or physical environment),

2) Lingkungan dalam (internal environment), dan

3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environment).

Lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia.

Lingkungan dalam ialah sesuatuyang termasuk lingkungan luar/alam. Makanan yang sudah dalam perut kita dikatakan berada antara external dan internal environment . Makanan yang sudah dicerna dan diserap ke dalam pembuluh darah benar-benar termasuk ke dalam internal environment.

Lingkungan sosial ialah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial ada yang kita terima langsung ada yang tidak langsung. Pengaruh langsung misalnya pergaulan sehari-hari. Yasng tidak langsung misalnya radio, televisi, majalah.

Kepribadian kita adalah hasil interaksi antar gen-gen dan lingkungan sosial kita. Karena intersaksi ini maka tiap-tiap manusia unik, tiap orang memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.

Jika kita hubungkan anatara pembawaan/keturunan (heredity) dan lingkungan dalam hal pengaruhnya terhadap perkembangan manusia, maka: sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan (heredity) dan lingkungan kita.



b. Bagaimana Individu Berhubungan dengan Lingkungan?

Allport merumuskan kepribadian manusia sebagai berikut: “Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya denagn lingkungan”. Kepribadian itu menjadi kepriobnadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat, kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya menyatakan diri dengan khas dalam menyasuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Cara-cara individu berhubungan dengan lingkungannya oleh Woodworth dibedakan menjadi 4 macam:

1) Individu bertentangan dengan lingkungannya,

2) Individu menggunakan lingkungannya,

3) Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan

4) Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam usaha mengambangkan dirinya dan dalam interaksinya dengan lingkungan pada umumnya tiap-tiap individu menggunakan kedua cara berikut:

1) mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis),

2) mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (penyesuaian diri alloplastis).




BAB III

MENGAPA MANUSIA BERINTEGRASI DENGAN DUNIA LUAR



Mengapa manusia sebagai individu membutuhkan dan berintegrasi dengan dunia luar/lingkungan? Bagaimana cara manusia itu melakukan interaksi itu?



1. Tenaga-tenaga Pendorong pada Manusia

Daya-daya yang mendorong manusia dari dalam untuk melakukan interaksi dengan dunia luar agar dapat melangsungkan dan mengembangkan hidupnya disebut dorongan nafsu (driften). Yang dimaksud dorongan nafsu ialah: kekuatan pendorong maju yang memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu. Dorongan nafsu adalah bentuk penjelmaan hidup tertentu.

Dorongan nafsu itu dapat dibagi menjadi tiga golongan:

a. Dorongan nafsu mempertahankan diri: mencari makanan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, dan sebagainya.

b. Dorongan nafsu mengembangkan diri: dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahui. Dorongan ini yang menjadikan kebudayaan manusia semakin maju dan tinggi.

c. Dorongan nafsu mempertahankan jenis: menjaga agar jenisnya atau keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan ini terjelma dalam adanya perjodohan, serta memelihara dan mendidik anak-anak.

Ada pula yang membagi dorongan nafsu menjadi empat macam sebagai berikut:

a. dorongan nafsu vital (hayati),

b. dorongan nafsu egois,

c. dorongan nafsu sosial, dan

d. dorongan nafsu supra sosial.

Keempat nafsu tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan satu sama lain berhubungan erat dan satu sama lain saling pengaruh mempengaruhi dalam manusia sebagai individu yang bulat.

a. Dorongan nafsu vital: daya pendorong dalam diri manusia yang diarahkan pada tercapainya nilai-nilai atau benda-benda yang berfaedah bagi organisme (jasad).

b. Dorongan nafsu egois: nafsu ini mendorong manusia kepada penghayatan akan kepercayaan kepada diri sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin dan perasaan tanggung jawab. Hidup dorongan nafsu egois ini berhasrat mempertinggi aku, artinya tertuju kepada perkembangan dan kesempurnaan diri.

c. Dorongan nafsu sosial: nafsu ini menyatakan akan kebutuhan sosial/pergaulan di dalam hidup bersama, penyesuaian diri dengan dan pengabdian diri kepada masyarakat. Hidup dorongan nafsu sosial ini mendorong manusia berkumpul dan mengadakan kontak dengan manusia lain, berupa persahabatan, perkawinan, dan sebagainya yang memungkinkan hidup bermasyarakat. Hasrat untuk menyempuirnakan diri (hidup nafsu egois) dan untuk menyerahkan diri (hidup nafsu sosial) tidak terpisah-pisah pada “manusia sebagai manusia”.

d. Dorongan nafsu supra sosial: dorongan nafsu ini diarahkan kepada penghayatan atas perhubungan dengan Yang Mahakuasa, sebagai asal segala yang ada.



Yang menjadi dasar pembagian menjadi empat macam dorongan nafsu itu adalah nilai-nilai atau benda-benda yang hendak dicapai (harus dicapai agar dapat berkembang kemanusiaannya) yaitu:

a. Apa yang dibutuhkan manusia guna mempertahankan dan mengembangkan jasadnya: nilai-nilai vital (hayati).

b. Apa yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”: segala nilai-nilai yang dibutuhkan dan mengembangkan aku sebagai manusia (sebagai individu).

c. Apa yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”: segala nilai-nilai untuk mempertahankan mengembangkan aku sebagai makhluk sosial.

d. Apa yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”: segala nilai-nilai yang mengembangkan dan mempertahakan manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.



2. Daya-daya/alat-alat Interaksi Manusia dengan Dunia Luar.

Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan berbagai daya-daya jiwa. Daya-daya yang terpenting antara lain: pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, beroikir, perasaan dan kemauan.

a. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu daya jiwa untuk memasukkan kesan-kesan dari luar melalui/dengan menggunakan alat dria. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan pengetahuan seseorang. Fungsi pengamatan ini disebut fungsi reseptif (menerima) dan berlaku pada masa sekarang. Ada empat faktor yang memungkinkan terjadinya suatu pengamatan: perangsang (stimulus – benda yang diamati), alat dria – otak – dan perhatian. Pengamatan selalu terikat oleh waktu dan tempat, dan berlangsung di waktu sekarang. Pengamatan menghasilkan gambaran-gambaran jiwa yang disebut kesan-kesan yang berupa tanggapan atau pengertian. Kesan-kesan inilah yang kemudian menjadikan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Hasil pengamatan masing-masing individu meskipun perangsangnya sama hasilnya serta kesan-kesan yang diterimanya tidak sama benar. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan apersepsi dan proses pengolahannya berbeda-beda setiap individu, serta daya-daya psikis yang lain yang menyertai aktivitas pengamatan itu intensitasnya tidak sama.



b. Ingatan

Kesan-kesan yang tertinggal dari pengamatan di dalam diri manusia yang berupa tangggapan-tanggapan maupun pengertian disimpan untuk sewaktu-waktu dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu disebut daya ingatan. Fungsi ingatan tidak terikat oleh waktu dan tempat serta berhubungan dengan waktu lampau. Sifat-sifat ingatan pada tiap-tiap orang berbeda-beda.



c. Fantasi

Fantasi ialah daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan atau kesan-kesan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Dalam berfungsinya daya fantasi menyertai daya pengamatan dan daya berpikir manusia.

Di dalam penyertaan terhadap p[engamatan, fantasi kadang-kaddang membantu diperolehnya hasil pengamtaan yang baik, tetapi kadang-kadang juga merusak/mengacaukan proses dan hasil pengamatan. Demikian juga terhadap berpikir.



Faedah fantasi:

1) Untuk menerima, menambah dan memajukan ilmu pengetahuan.

2) Untuk menciptakan kesenian dan terknik.

3) Untuk membentuk watak dan pribadi yang baik.

4) Memungkinkan kita menghidarkan diri dari kesusahan dan kesulitan hidup, menimbulkan cita-cita dan perasaan yang luhur. Dengan adanya fantasi kebudayaan manusia makin berkembang maju dan tinggi.

Keburukan fantasi:

1) Dapat menyebabkan orang meninggalkan realitas.

2) Dapat menimbulkan pikiran dan perasaan yang rendah, yang bersifat asusila dan asosial.

3) Dapat menimbulkan perasaan takut dan takhayul yang merugikan diri seseorang.

Fantasi penting dan perlu dikembangkan asal ke arah yang baik dan berguna.



e. Perasaan

Perasaan adalah gema psikis yang biasanya selalu menyertai setiap pengalaman dan setiap daya-daya psikis yang lain seperti: pengamatan, ingatan, fantasi, kemauan, berpikir. Perasaan biasanya berwujud senang atau tidak senang, gembira atau sedioh, simpati atau antipati, suka atau benci, dan lain-lain.

Intensitas perasaan: kuat lemahnya perasaan yang dihayati seseorang. Intensitas perasaan juga berubah-ubah, kadang kuat kadang lemah. Hal ini tergantung/dipengaruhi oleh keadaan jasmani dan rohani dan bagaimana situasi yang dihadapi. Jika suatu perasaan pada seseorang menjadi sangat kuat dan timbulnya hanya sebentar dan biasanya disertai oleh gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula disebut afek.



Wundt mebedakan afek menjadi tiga golongan:

1) Afek yang disertai perasaan senang atau tidak senang.

2) Afek yang menggiatkan atau melemahkan daya-daya jiwa.

3) Afek yang penuh dengan ketegangan jiwa dan kebalikannya.

Kant membedakan sebagai berikut:

1) Afek stenis ialah yang dapat menimbulkan kekuatan dan menghebatkan perbuatan seseorang.

2) Afek astenis yang membawa perasaankehilangan kekuatan pada diri seseroang.



Jenis-jenis Perasaan

Semua perasaan itu selalu bersangkut paut satu sama lain. Semua aktivitas manusia termasuk aktivitas merasakan adalah merupakan aktivitas jasmani-rohani sekaligus.


1) Perasaan intelek: ialah perasaan-perasaan yang kita hayati bila kita memperoleh pengetahuan tetntang sesuatu. Perasaan ini mendorong manusia untuk memperoleh pengetahuan.

2) Perasaan estetis: ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita berpendapat bahwa sesuatu itu bagus atau jelek, indah atau tidak. Sesuatu norma/ukuran yang ada pada diri seseorang untuk menilai sesuatu itu bagus atau jelek (indah atau tidak) disebut cita rasa. Cita rasa tiap-tiap orang tidak sama, ini dipengaruhi pembawaan dan pengaruh lingkungan.

3) Perasaan etis (kesusilaan): ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita menilai seuatu itu baik atau buruk, dalam arti susila. Norma atau ukuran untuk menilai baik buruknya sesuatu disebut kata hati. Dalam menilai sesuatu orang menggunakan intelek/pikirannya.

4) Perasaan sosial (kemasyarakatan): ialah perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain. Perasaan sosial ada yang positif ada yang negatif. Sifat seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri disebut egois. Orang yang banyak pengabdiannya kepada masyarakat disebut altruis.

5) Perasaan religius (keagamaan): ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita merasa bersatu dengan alam semesta sedang menghadap ke hadirat Tuhan Yang Masha Esa seperti di waktu kita sembahyang.

6) Perasaan harga diri: ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita menilai tinggi rendahnya diri kita terhadap orang lain di dalam pergaulan sehari-hari.

Perasaan harga diri positif yang berlebihan disebut superior, dapat menjadikan orang itu sombong atau takabur. Perasaan harga diri negatif yang berlebihan disebut inferior, dapat menjadikan orang mempunyai harga diri kurang (minder waardigheids gevoel).

Bermacam-macam perasaan tersebut sangat erat hubungannya satu sama lain.

Jumat, 16 April 2010

KIAT MENUJU KELUARGA SAKINAH

Kebahagiaan:

Muara Akhir dari Kehidupan Rumah Tangga

Berdasarkan Q.s. An - Nahl 80, Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa Allah telah menganugerahkan kebahagiaan yang sempurna kepada hamba-Nya dengan menjadikan Keluarga tempat berlindung dan mendapatkan berbagai manfaat.

Ada beberapa alasan yang mengharuskan seorang mukmin untuk membangun keluarga harmonis, diantaranya:


1. Adanya kewajiban menjaga diri dan keluarga dari siksa Allah di neraka

2. Adanya tanggung jawab yang besar bagi pemimpin rumah tangga di hadapan Allah pada hari kiamat

3. Keluarga dalah tempat untuk menjaga diri, menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang timbul oleh orang lain. Di samping itu, keluarga dalah tempat berlindung dari sregala fitnah.

4. Rata-rata manusia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam keluarga. Terlebih lagi saat panas menyengat, dingin yang menggigit, di saat hujan, padawaktu pagi dan sore, dan seusai bekerja.

5. Keluarga adalah pondasi utama dalam membangun masyarakat Islami.



Agar tercipta keluarga sakinah:



Ada beberapa kiat agar dapat tercapai keluarga sakinah. Kiat ini berkisar dua hal: Pertama, mewujudkan kemaslahatan dengan cara menebarkan kabaikan. Kedua, mencegah kerusakan dengan cara menyapu bersih setiap kemungkaran. Dan inilah yang kami maksud dengan kiat membangun rumah tangga sakinah.


Kiat 1


Jangan Salah Memilih Pasangan Hidup


Diantara kunci sukses dala membentuk keluarga sakinah adalah tepat dalam memilih pasangan. Pasangan adalah faktor yang menentukan apakah bahtera rumah tangga yang akan diarungi bersama akan mampu sampai ke tujuan ataukah tidak.

A. Kriteria Istri yang Shalihah

1. Baik dari segi agamanya

2. Mampu menjadi perhiasan dalam keluarga

3. Mampu membuat hati tentram dan membantu suami menyelesaikan urusa agama

4. Mampu membantu suami dalam menyelesaikan urusan dunia ataupun akhirat

5. Istri yang shalihah hatinya selalu dipenuhi dengan cinta kasih terhadap keluarga dan sanggup melahirkan keturunan.

6. Mampu bersyukur dalam kondisi apapun.

7. Istri yang shalihah akan menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.

8. Istri yang shalihah senantiasa menghormati suaminya.

9. Istri yang shalihah akan berinteraksi keluarga suaminya dengan sebaik-baiknya, khususnya ibu dari suaminya.

10. Istri yang shalihah akan berterima kasih atas segala kebaikan suaminya betapa pun kecil kebaikan itu.

11. Istri yang shalihah akan senantiasa membuat suaminya merasa senang bersamanya.

12. Istri yang shalihah tidak akan menolak jika suaminya menginginkannya selama dia tidak sedang haid, nifas atau berpuasa wajib.

13. Istri yang shalihah akan membantu suaminya untuk bekerja secara halal, memberi makanan dengan makanan yang halal dan pakaian juga dengan pakaian yang halal

14. Istri yang shalihah hanya akan berhias untuk suaminya semata.

15. Istri yang shalihah akan membantu suaminya taat kepada Allah dan beribadah kepadanya.

16. Istri yang shalihah adalah istri yang berusaha mendidik anak-anaknya sendiri sebaik-baiknya.

B. Kriteria Suami yang Shalih:

1. Baik dari sisi agama dan moralitasnya.

2. Seorang suami yang shalih adalah suami yang bertakwa kepada Allah.

3. Suami yang baik akan mempraktekkan hadits Nabi.

4. Seorang suami yang baik melaksanakan perintah Allah.

5. Seorang suami yang baik akan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada istrinya.

6. Suami yang baik tidak akan mengancam istri dengan kata “cerai”.

7. Suami yang baik akan membantu istrinya untuk berbakti kapada keluarganya, baik keluarga dari pihak suami maupun dari pihak istri.

8. Suami yang baik tidak akan berbuat durhaka kepada ibunya hanya karena menuruti keinginan istrinya.

9. Suami yang baik mengajak istrinya bermusyawarah untuk memutuskan berbagai persoalan rumah tangga.



Kiat 2

Segera Membenahi Pasangan



Jika istri adalah wanita shalihah dan suami adalah laki-laki yang shalih, maka kebahagiaan hidup mudah sekali tergapai. Ini adalah janji dari Allah.

Ada beberapa kiat membenahi pasangan hidup dari sisi agama. Diantaranya adalah:

1. Memperhatikan dengan seksama ibadahnya kepada Allah.

2. Berusaha meningkatkan keimanannya dengan berbagai cara, seperti:

a. meningkatkan pasangan agar selalu konsisten menjaga dzikir kepada Allah

b. mendorongnya untuk selalu bersedekah

c. menggiatkan membaca Al-Quran

d. memperbanyak membaca buku-buku agama yang bermanfaat

e. mendengarkan kaset-kaset Islami yang berguna, diantaranya yang berisi informasi yang bersifat ilmiyah, imaniyah, ataupun yang lainnya.

3. Selektif dalam memilih teman pergaulan.

4. Tidak memberikan kesempatan kepada pasangan untuk melakukan keburukan dengan cara menjauhkan teman-teman dan tempat-tempat yang buruk.


Kiat yang Berkaitan dengan Menjaga Keimanan dalam Rumah Tangga



Kiat 3

Jadikan Rumah Sebagai Tempat Berdzikir kepada Allah



Atas dasar hadits dari H.r. al-Bukhari, maka tak boleh ada jeda dzikir dalam rumah. Oleh karena itu, rumah harus dijadikan tempat untuk berdzikir kepada Allah karena berdzikir macam apapun juga, baik dzikir dengan hati, dzikir dengan lisan dengan membaca shalawat, Al-Quran, ataupun mempelajari ilmu yang disyari’atkan oleh Allah. (Dzikir berarti mengingat Allah).



Kiat 4

Jadikan Rumah sebagai Kiblat

Jadikan rumah sebagai tempat ibadah (Q.s. Yunus, 10:87). Rasulallah bila masuk rumah dari bepergian melaksanakan shalat. Para sahabat rasulallah suka melakukan shalat sunnah di rumah (bagi laki-laki disunnahkan shalat wajib di masjid berjamaah).

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu (Q.s. al-Baqarah, 2:153).



Kiat 5

Mengaktifkan Pendidikan Agama Bagi Anggota Keluarga



1. Rajin sholat malam

2. Gemar bersedekah

3. Memberi suri tauladan dengan berbuat baik agar diikuti seluruh anggota keluarga, termasuk melakukan puasa wajib maupun puasa-puasa yang sunnah .



Kiat 6

Menggiatkan Berdzikir kepada Allah



Karena rumah adalah kiblat atau tempat ibadah, maka seharusnya rumah selalu dipenuhi dzikir kepada Allah, di antara dzikir-dzikir yang disyariatkan adalah sebagai berikut;

1. Dzikir ketika masuk rumah: “Bismillahir rahmaanir rahiim”

2. Dzikir keluar rumah: “Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, la haula wala quwata illa billah.”

3. Membiasakan berdzikir ketika bersiwak



Kiat 7

Membaca Surat Al-Baqarah di Rumah untuk Mengusir Setan



Di usahakan agar kita setiap hari membaca Q.s. Al-Baqarah terutama pada dua ayat terakhir dalam rumah kita agar rumah kita terhindar dari setan.

“Janganlah kalian menjadikan rumah kalian seperti kubur, sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibcakan surat al-Baqarah.” (H.r. Muslim)



Kiat yang berkaitan dengan Pendidikan Agama dalam Rumah Tangga



Kiat 8

Mendidik Keluarga


Di antara kewajiban agama yang harus dilaksakan oleh kepala rumah tangga adalah mendidik keluarga agar selamat dari siksa Allah. Q.s. At-Tahrim: 6 menjadi dasar hukum kewajiban mendidik keluarga agar setiap anggota keluarga mampu menebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.



Kiat 9

Buatlah Perpustakaan Rumah



Untuk membantu pengajaran keluarga di rumah dan memperdalam ilmu agama, maka sebaiknya dibuat perpustakaan rumah. Tidak harus besar yang penting memuat buku-buku penting. Akan tetapi yang paling penting adalah referensi buku-buku agama untuk mencerdaskan hati kita akan persoalan agama.



Kiat 10

Perpustakaan Kaset untuk Keluarga



Dalam rumah tangga, tape ataupun CD/VCD player berfungsi ganda, bisa saja digunakan untuk kebaikan dan bisa digunakan untuk keburukan. Semua tergantung bagaimana cara kita memanfaatkannya agar selalu dipakai di jalan yang diridhai oleh Allah.

Diantaranya untuk membuat perpustakaan kaset/CD/VCD di rumah, yang menghimpun berbagai kaset Islami yang berisi tilawah, ceramah, khuthbah para ulama, dan sebagainya.

Kiat 11

Mengundang Orang-orang Shalih dan Para

Santri untuk Berkunjung ke Rumah



Masuknya orang yang kuat keimanannya ke dalam rumah kita akan menambah cahaya keimanan seisi rumah. Pembicaraan, tanya jawab, dan diskusi dengan mereka bisa memetik banyak manfaat. Ibarat, pembawa minyak wangi itu bisa memberimu aroma wangi.



Kiat 12

Mempraktekkan Ajaran Agama dalam Keluarga



1. Di antara ajaran agama yang wajib dipraktekkan di rumah adalah shalat, yaitu bagi laki-laki sebaiknya shalat-shalat sunnahnya dijalankan di rumah, sedangkan shalat wajib dijalankan di masjid secara berjamaah.

2. Bagi wanita yang baik shalat wajib dan sunnahnya paling utama dijalan di rumah.

3. Dalam menjalankan sholat berjamaah di rumah hendaknya yang menjadi imamnya adalah pemilik rumah sendiri bukan orang lain, walaupun orang lain lebih bagus bacaannya.

4. Diharuskan meminta ijin ketika hendak masuk ke rumah orang lain (Qs. An Nur 24: 27-28, Qs. Al Baqarah 2: 189).

5. Boleh masuk ke dalam rumah yang tidak ada orangnya, di dalamnya tanpa ijin jika memang ada keperluan seperti rumah yang memang disediakan untuk tamu. (Qs. An Nur 24:29)

6. Boleh makan di rumah kerabat dekat, teman akrab, yang empunya membolehkan. (Qs. An Nur 24: 61)

7. Melarang anak-anak dan pembantu masuk ke kamar orang tua tanpa meminta ijin. ((Qs. An Nur 24: 58)

8. Haram hukumnya masuk ke rumah orang lain tanpa izin yang punya.

9. Wanita yang ditalak raj’i tidak boleh keluar rumah selama masa “iddah dan suami diwajibkan memberi nafkah kepada wanita yang dicerai (Qs. Ath-Thalaq 65:1)

10. Suami boleh mendiamkan istri yang berbuat nuyuz dalam rumah tangga demi kemaslahatan rumah tangga. (Qs an-Nisa 4:34)

11. dan lain-lain



Kiat yang Berhubungan dengan Berkumpul dalam Rumah



Kiat 13

Berkumpul dan Mendiskusikan Masalah Keluarga



Masing-masing anggota keluarga harus diberi kesempatan untuk duduk sejajar di tempat yang sama guna membicarakan berbagai masalah intern dan ekstern yang berkaitan dengan keluarga. Adanya musyawarah dalam keluarga menandakan bahwa adanya komunikasi, interaksi, dan kerjasama antara anggota keluarga. Suami adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab mengendalikan urusan anggota keluarganya.



Kiat 14

Jangan Memperlihatkan Percecokan di Depan Anak-anak



Di antara bumbu-bumbu hidup berkeluarga adalah adanya konflik. Konflik harus dimenej dengan baik agar menimbulkan kekompakan dan keharmonisan Keluarga. Ketentraman hidup dalam keluarga adalah tujuan utama.

Bila terjadi konflik dalam keluarga harus dilokalisir, jangan sampai menjadi konflik terbuka melibatkan seluruh anggota keluarga. Konflik suami istri cukup mereka berdua yang tahu. Konflik terbuka bisa menimbulkan bahaya psikologis bagi anak-anak kecil.



Kiat 15

Jangan Biarkan Orang Ketiga Marusak Keharmonisan Keluarga



Pande besi bisa membakar rumahmu, pakaianmu, atau menebarkan bau yang tidak sedap. Jangan pernah membiarkan rumah tangga kita terhempas dalam kegoncangan dan kehancuran.

Orang yang kurang baik keberagamaannya jangan sampai masuk dalam urusan rumah tangga kita walaupun tetangga sendiri atau orang-orang yang menampakkan persahabatan.



Kiat 16

Memperhatikan Keadaan Anggota Keluarga



Banyak orang tua yang tidak mengontrol pergaulan anak-anaknya. Banyak dari mereka yang tidak tahu kalau anaknya telah salah dalam pergaulan sehingga melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Ada beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan dalam mengawasi anak-anak kita:

1. Pengawasan harus dilakukan secara rapi sehingga anak tidak merasa terkekang.

2. Pengawasan bukan untuk menteror.

3. Jangan sampai anak yang diawasi merasa tidak dipercaya.

4. Semestinya dalam menasehati dan menghukum disesuaikan dengan usia anak dan derajat kesalahan.


Kiat 17

Memperhatikan Anak-anak Ketika di Rumah



Tidak ada yang lebih indah daripada orangtua mengumpulkan anak-anaknya untuk membaca Al-Quran kepada mereka dan memberikan penjelasan yang sederhana kepada mereka.



Kiat 18

Memperhatikan Anak di Rumah



Banyak rumah yang tak ubahnya seperti hotel. Sesama penghuni rumah tersebut tidak saling mengenal, meskipun mereka selalu bertemu. Anak-anak pun tak terurus. Mereka tidur semaunya sehingga banyak begadang dan menyia-nyiakan waktu.

Tidak ada yang lebih manis berkumpulnya satu keluarga untuk makan dan menggunakan kesempatan untuk mengetahui keadaan masing-masing dan berdiskusi yang membawa manfaat. Kepala rumah tangga mestinya disiplin dalam mengaplikasikan kepulangannya ke rumah.



Kiat 19

Membenahi Kelakuan Istri di Luar Rumah



Pada dasarnya wanita tidak boleh bekerja di luar rumah kecuali ada keperluan yang mengharuskannya, misalnya wali atau suami sakit atau sudah lanjut usianya atau bahkan sudah meninggal dunia. Atau karena dengan syarat-syarat yang bolehkan syari’at yang bisa dikategorikan kebutuhan, misalnya: di bidang medis, pendidikan, kedokteran.

Tidak tepat bila isteri bekerja di luar rumah karena alasan gaji suami hanya pas-pasan atau tidak mencukupi.

Dampak negatif wanita ke luar rumah:

1. Bergaul bebas dengan laki-laki.

2. Menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang bukan mahramnya

3. Berduaan dengan laki-laki lain di tempat sepi

4. Berpenampilan yang memancing hasrat laki-laki, yang kadang-kadang puncaknya berbuat zina.

5. Kadang-kadang lalai tidak menunaikan kewajibannya kepada suaminya

6. Mengabaikan urusan rumah tangganya dan puncaknya kurang perhatian kepada anak-anaknya.



Kiat 20

Menjaga Rahasia Rumah Tangga



Menjaga rahasia rumah tangga yang mencakup hal-hal:

1. Tidak menyebarkan rahasia saat-saat berhubungan intim.

2. Tidak membeberkan perselisihan rumah tangga.

3. Tidak membeberkan apapun yang bersifat pribadi



Kiat yang Berhubungan dengan Akhlak

dan Rumah Tangga



Kiat 21

Berbuat Lemah Lembut kepada Semua Anggota Keluarga



Keluarga akan selalu harmois jika cinta kasih selalu bersemi dalam setiap anggota keluarga. Cinta kasih adalah pondasi kebahagiaan dalam rumah tangga. Hindari dan hilangkan sikap kasar, amoral, dan sebagainya baik dari suami, istri atau anak-anak.


Kiat 22

Membantu Pekerjaan Rumah Tangga



Banyak suami yang tidak mempunyai perhatian sama sekali dengan pekerjaan rumah. Bahkan di antara mereka ada yang merasa bahwa derajat mereka menjadi turun jika membantu membereskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Seharusnya antara suami dan istri saling bantu membantu menyelesaikan tanggung jawab yang diemban oleh masing-masing.



Kiat 23

Bersendau Gurau dengan Keluarga



Bercanda dan bersendau gurau dengan keluarga termasuk yang bisa membawa keharmonisan rumah tangga. Terutama kepada istri dan anak-anak.



Kiat 24

Jauhkan Keluarga Anda dari Akhlak Tercela



Jangan sampai ada anggota keluarga yang berakhlak tidak terpuji seperti tidak peduli dengan sesama, berbohong, menggunjing, mengadu domba, dan sejenisnya, Akhlak tercela seperti ini harus benar-benar dijauhkan dari keluarga,



Kiat 25

Berikan Hukuman yang Mendidik dalam Keluarga



Ada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Na’im As-Silsilah Adh-Shahihah menganjurkan memberi hukuman adalah sarana untuk mendidik. Hukuman ini harus bersifat mendidik. Jika hukuman diberlakukan dalam keluarga, maka sebaliknya imbalan atau hadiah juga harus diberikan dalam keluarga.



Mengatasi Kemungkaran dalam Rumah Tangga



Kiat 26

Jangan Biarkan Laki-laki Lain Bersama Istri Kita

Ketika Kita Tidak di Rumah



Suasana sepi di rumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Membiarkan laki-laki lain menemani istri di rumah adalah sama dengan membiarkan pintu kemaksiatan terbuka di rumah kita.



Kiat 27

Pisahkanlah Antara Laki-laki dan Perempuan

dalam Kunjungan Keluarga



Sudah semestinya jika dalam kunjungan keluarga dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, jangan sampai mereka bercampur dalam satu tempat duduk sehingga tak bisa dibedakan antara tempat duduk laki-laki dan perempuan.


Kiat 28

Awasi Kelakuan Sopir dan Pembantu Rumah Tangga Di Rumah


Seringkali kepercayaan yang kita berikan kepada sopir atau pun pembantu disalahgunakan, mereka seringkali melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh mereka lakukan. Setiap anggota keluarga harus saling menasehati jika adasalah seorang anggota keluarga yang melakukan hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Komunikasi harus selalu dijaga semua anggota keluarga.


Kiat 29

Jauhkan keluarga Anda dari Orang-orang yang

Mempunyai Kelainan Seksual



Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang tak mungkin bisa diabaikan dalam kehidupan suami istri. Kebutuhan ini harus dipenuhi secara normal dan sesuai dengan ketentuan syari’at. Jangan sampai pemenuhan terhadap kebutuhan ini malampaui batas dan aturan yang ditetapkan oleh syari’at sehingga terjadi hal-hal yang membahayakan diri ataupun masyarakat.



Kiat 30

Selektif Terhadap Tontonan yang Ada di Layar Televisi


Seletiflah terhadap tontonan di layar televisi, karena belum tentu berakibat baik. Ada yang hanya mengumbar nafsu, mendorong perilaku konsumtif, ada yang bersimbol agama tetapi ternyata hanya pendangkalan iman, jual mimpi hidup mewah dengan cara mudah.

Oleh karena itu harus berhati-hati jangan sampai setiaphari anak-anak berguru pada televisi. Ketika tontonan hanya memberikan kemudharatan maka hnya ada satu solusi untuk menyelamatkan keluarga kita, yaitu: matikan televisi.


Kiat 31

Berhati-hati menggunakan telepon


Telepon berfungsi untyuk melancarkan kebutuhan komunikasi kita. Jangan sampai kita menggunakan tidak didasarkan kebutuhan atau memperluas yang sebenarnya bukan kebutuhan menjadi kebutuhan. Ini namanya mubadzir (Qs. Al-Isra’ 17: 27)

Kita harus hati-hati menerima atau mengirim pesan dengan telepon sebab banyak yang tidak benar di dalamnya. Seleksi dulu pesan itu akan kebenarannya jangan sampai keluarga kita hancur atau sebaliknya menghancurkan keluarga orang lain.



Kiat 32

Bersihkan Rumah Anda dari Simbol-simbol Orang-orang Kafir

atau Sembahan Mereka.



Umat Islam mempunyai simbol-simbol sendiri yang harus dijaga dan dilestarikan. Jangan meniru simbol-simbol orang lain sehingga kita kehilangan Identitas keislaman kita.

Jika dalam rumah kita ada simbol-simbol orang kafir, maka yang tergugah dalam kesadaran kita adalah berfikir dan bertindak berdasarkan pemaknaan simbol yang sering kita lihat, yaitu simbol orang kafir.

Simbol-simbol keislaman yang menghiasi rumah kita juga berfungsi menggugah kesadaran keagamaan dan keimanan kita agar kita selalu meningkatkan kualitas keimanan kita.



Kiat 33

Bersihkan Rumah Anda dari Gambar yang Memiliki Ruh


Rasulallah melarang umat Islam untuk menggambar atau memasang gambar yang mempunyai ruh. Orang yang melukis gambar yang mempunyai ruh, maka nantinya di hari kiamat akan di mintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah.

Umat Islam mempunyai seni mengggambar sendiri, yaitu seni kaligrafi yang wajib kita kembangkan dan kita lestarikan.



Kiat 34

Cegahlah Merokok di Lingkungan Rumah Tangga Anda


Bukti-bukti ilmiah yang menerangkan bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan bagi perokok aktif maupun pasif sudah banyak. Merokok sama dengan menjatuhkan diri kita ke dalam kerusakan. Padahal Allah memerintahkan kita menafkahkan harta kita dalam kebaikan (Q.s. al-Baqarah, 2:195).



Kiat 35

Jangan Sampai Anda Memelihara Anjing di Rumah

Anjing adalah binatang yang sudah jelas kenajisannya. Kenajisannya sama dengan babi. Oleh karena itu jangan sampai kenajisan anjing memenuhi rumah kita.



Kiat 36

Hindarilah Menghiasi Rumah dengan Hiasan yang Tidak Baik.



Rumah yang baik adalah rumah sederhana tetapi tetap mengkondisikan kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Dan mendorong kita selalui berbuat baik untuk sesama.

Jangan membuat kesan rumah kita yang seronok dengan hiasan-hiasan yang yang berlebihan atau tidak perlu sehingga mendorong pencuri masuk.

Hiasilah dengan hiasan yang mendamaikan hati dan menenteramkan jiwa sehingga kita termoyivasi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Buatlah taman di sekiytar rumah kita berisi tanaman-tanaman hias maupun tanaman yang berkhasiat untuk obat.



Kiat 37

Memilih Rumah yang Baik

Beberapa tips yang bisa ditindaklanjuti dalam memilih rumah, diantaranya:

1. Pilihlah rumah dekat dengan masjid

2. Pastikan lingkungan rumah Anda jauh dari orang-orang yang tidak baik

3. Memilih tempat yang luas dan ada banyak tetangga

4. Rumah harus memenuhi standar kesehatan.

5. Dari desain rumah diharapkan bisa dipisah antara ruang untuk laki-laki dan wanita, baik ruang untuk kerabat ataupun untuk tamu.



Kiat 38

Memilih Tetangga Sebelum Memilih Rumah


Tetangga juga menjadi penentu keharmonisan keluarga kita. Tetangga memiliki pengaruh kuat terhadap keluarga kita. Pergaulan sehari-hari takkan bisa dilepaskan dari kehidupan tetangga sebelah.

Diantara empat kebahagiaan adalah ‘tetangga yang shalih’ dan di antara empat penderitaan adalah ‘tetangga yang jahat’.

Dalam kehidupan bertetangga kita hendaknya berinteraksi dan membangun tali silaturahmi dengan mereka, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah.



Kiat 39

Jadikan Rumah sebagai Tempat Istrirahat yang

Nyaman bagi Seluruh Keluarga


Sekarang ini semakin banyak fasilitas yang mempermudah kita melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, kita semakin mudah memperoleh waktu istirahat.

Barang-barang yang kita beli atau kita adakan hendaklah berdasarkan kebutuhan, bukan karena keinginan. Lalu aturlah barang-barang itu dengan rapi dan bersih serta tidak monoton. Ciptakan desain dan tata ruang yang nyaman dan kreatif agar semua anggota keluarga selalu betah untuk beristirahat di rumah. Setiap anggota keluarga dapat mengusulkan tata ruang yang diinginkan yang kemudian dibicarakan bersama.


Kiat 40

Menjaga Kesehatan Anggota keluarga


Hal yang tidak tak kalah penting untuk diperhatikan adalah masalah kesehatan seluruh anggota keluarga. Sedini mungkin setiap anggota keluarga mencegah berbagai kemungkinan yang mendatangkan penyakit.

Salah satunya yang terpenting adalah menjaga kebersihan badan dan rumah tempat tinggal.

Bila ada yang sakit segera diobati. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara medis maupun non medis (berdoa)


Beberapa Cara Menjaga Keselamatan

1. Di waktu sore jagalah anak-anak kecil kalian karena sesungguhnya setan berkeliaran saat itu.

2. jika sudah satu berlalu di waktu malam maka tinggalkan mereka,

3. tutup pintu, sebutlah nama Allah,

4. tutuplah bejana kalian, sebutlah nama Allah’

5. padamkan lampu (api).

(H.r. al-Bukhari)

6. kuncilah pintu ,

7. tambatkanlah binatang kalian, ikatkan tali dimulutnya

8. jangan meninggalkan api yang menyala di rumah kalian ketika sedang tidur.

(riwayat Muslim).

 
Demikianlah kiat-kiat Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah, insya Allah akan tercapakai keluarga yang bahagia sebagaimana yang diidam-idamkan.